Posisi Bulan pada tanggal 19 Juli 2012

Posisi Bulan pada tanggal 19 Juli 2012 (29 Sya'ban 1433H) pada pukul 17:40:57.

Gambar 2

Pemandangan 2.

Gambar 3

Pemandangan 3.

Gambar 4

Pemandangan 4.

Gambar 6

Pemandangan 6.

Gambar 7

Pemandangan 7.

Gambar 8

Pemandangan 8.

Gambar 9

Pemandangan 9.

Gambar 5

Pemandangan 5.

Gambar 10

Pemandangan 10.

Saturday, January 17, 2009

Sikap & Kewajiban Ummat Islam atas Tragedi Palestina

Berikut penjelasan yang disampaikan oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin ‘Umar Bazmul hafizhahullah ketika beliau menjawab pertanyaan tentang apa sikap dan kewajiban kita terkait dengan peristiwa yang menimpa saudara-saudara kita di Ghaza - Palestina. Penjelasan ini beliau sampaikan pada hari Senin 9 Muharram 1430 H dalam salah satu pelajaran yang beliau sampaikan, yaitu pelajaran syarh kitab Fadhlul Islam. Semoga bermanfaat.

***********

Kewajiban terkait dengan peristiwa yang menimpa saudara-saudara kita kaum muslimin di Jalur Ghaza Palestina baru-baru ini adalah sebagai berikut :

Pertama :
Merasakan besarnya nilai kehormatan darah (jiwa) seorang muslim. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnu Majah (no. 3932) dari shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar berkata : Saya melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sedang berthawaf di Ka’bah seraya beliau berkata (kepada Ka’bah) :

مَا أَطْيَبَكِ وَأَطْيَبَ رِيحَكِ مَا أَعْظَمَكِ وَأَعْظَمَ حُرْمَتَكِ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَحُرْمَةُ الْمُؤْمِنِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ حُرْمَةً مِنْكِ مَالِهِ وَدَمِهِ
“Betapa bagusnya engkau (wahai Ka’bah), betapa wangi aromamu, betapa besar nilaimu dan besar kehormatanmu. Namun, demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh kehormatan seorang mukmin jauh lebih besar di sisi Allah dibanding engkau, baik kehormatan harta maupun darah (jiwa)nya.” [1])

Dalam riwayat At-Tirmidzi (no. 2032) dengan lafazh :

Dari shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallah ‘anhuma, bahwa Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam naik ke atas mimbar kemudian beliau berseru dengan suara yang sangat keras seraya berkata :

« يَا مَعْشَرَ مَنْ قَدْ أَسْلَمَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يُفْضِ الإِيمَانُ إِلَى قَلْبِهِ! لاَ تُؤْذُوا الْمُسْلِمِينَ! وَلاَ تُعَيِّرُوهُمْ! وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ! فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِى جَوْفِ رَحْلِهِ »
“Wahai segenap orang-orang yang berislam dengan ucapan lisannya namun keimanannya tidak menyentuh qalbunya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian mencela mereka, dan janganlah kalian mencari-cari aib mereka. Karena barangsiapa yang mencari-cari aib saudaranya muslim, maka pasti Allah akan terus mengikuti aibnya. Barangsiapa yang diikuti oleh Allah segala aibnya, maka pasti Allah akan membongkarnya walaupun dia (bersembunyi) di tengah rumahnya.”

Maka suatu ketika Ibnu ‘Umar Radhiyallah ‘anhuma melihat kepada Ka’bah dengan mengatakan (kepada Ka’bah) : “Betapa besar kedudukanmu dan betapa besar kehormatanmu, namun seorang mukmin lebih besar kehormatannya di sisi Allah dibanding kamu.”

Al-Imam At-Tirmidzi berkata tentang kedudukan hadits tersebut : “Hadits yang hasan gharib.” Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi (no. 2032).

Seorang muslim apabila melihat darah kaum muslimin ditumpahkan, atau jiwa dibunuh, atau hati kaum muslimin diteror, maka tidak diragukan lagi pasti dia akan menjadikan ini sebagai perkara besar, karena terhormatnya darah kaum muslimin dan besarnya hak mereka.

Bagaimana menurutmu, kalau seandainya seorang muslim melihat ada orang yang hendak menghancurkan Ka’bah, ingin merobohkan dan mempermainkannya, maka betapa ia menjadikan hal ini sebagai perkara besar?!! Sementara Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam telah menegaskan bahwa “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh kehormatan seorang mukmin jauh lebih besar di sisi Allah dibanding engkau (wahai Ka’bah), baik kehormatan harta maupun darah (jiwa)nya.”

Maka perkara pertama yang wajib atas kita adalah merasakan betapa besar nilai kehormatan darah kaum mukminin yang bersih, yang baik, dan sebagai pengikut sunnah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam, yang senantiasa berjalan di atas bimbingan Islam. Kita katakan, bahwa darah (kaum mukminin) tersebut memiliki kehormatan yang besar dalam hati kita.

Kita tidak ridha -demi Allah- dengan ditumpahkannya darah seorang mukmin pun (apalagi lebih), walaupun setetes darah saja, tanpa alasan yang haq (dibenarkan oleh syari’at). Maka bagaimana dengan kebengisan dan peristiwa yang dilakukan oleh para ekstrimis, orang-orang yang zhalim, para penjajah negeri yang suci, bumi yang suci dan sekitarnya??! Innalillah wa inna ilaihi raji’un!!

Maka tidak boleh bagi seorang pun untuk tidak peduli dengan darah (kaum mukminin) tersebut, terkait dengan hak dan kehormatan (darah mukminin), kehormatan negeri tersebut, dan kehormatan setiap muslim di seluruh dunia, dari kezhaliman tangan orang kafir yang penuh dosa, durhaka, dan penuh kezhaliman seperti peristiwa (yang terjadi sekarang di Palestina) walaupun kezhaliman yang lebih ringan dari itu.

Kedua :
Wajib atas kita membela saudara-saudara kita. Pembelaan kita tersebut harus dilakukan dengan cara yang syar’i. Cara yang syar’i itu tersimpulkan sebagai berikut :
- Kita membela mereka dengan cara do’a untuk mereka. Kita do’akan mereka pada waktu sepertiga malam terakhir, kita do’akan mereka dalam sujud-sujud (kita), bahkan kita do’akan dalam qunut (nazilah) yang dilakukan pada waktu shalat jika memang diizinkan/diperintahkan oleh waliyyul amr (pemerintah).

Jangan heran dengan pernyataanku “dalam qunut nazilah yang dilakukan dalam shalat jika memang diizinkan/diperintahkan oleh waliyyul amr.” Karena umat Islam telah melalui berbagai musibah yang dahsyat pada zaman shahabat Nabi, namun tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa para shahabat melakukan qunut nazilah selama mereka tidak diperintah oleh pimpinan (kaum muslimin).

Oleh karena itu aku katakan : Kita membantu saudara-saudara kita dengan do’a pada waktu-waktu sepertiga malam terakhir, kita bantu saudara-saudara kita dengan do’a dalam sujud, kita membantu saudara-saudara kita dengan do’a saat-saat kita berdzikir dan menghadap Allah agar Allah menolong kaum muslimin yang lemah.

………….

Semoga Allah membebaskan kaum muslimin dari cengkraman tangan-tangan zhalim, dan mengokohkan mereka (kaum muslimin) dengan ucapan (aqidah) yang haq, serta menolong mereka terhadap musuh kita, musuh mereka, musuh Allah, dan musuh kaum mukminin.

Ketiga dan Keempat, terkait dengan sikap kita terhadap peristiwa Ghaza :
Kita harus waspada terhadap orang-orang yang memancing di air keruh, menyeru dengan seruan-seruan yang penuh emosional atau seruan yang ditegakkan di atas perasaan (jauh dari bimbingan ilmu dan sikap ilmiah), yang justru membuat kita terjatuh pada masalah yang makin besar.

Kalian tahu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berada di Makkah, berada dalam periode Makkah, ketika itu beliau mengetahui bahwa orang-orang kafir terus menimpakan siksaan yang keras terhadap kaum muslimin. Sampai-sampai kaum muslimin ketika itu meminta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam agar menginzinkan mereka berperang. Ternyata Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam hanya mengizinkan sebagian mereka untuk berhijrah (meninggalkan tanah suci Makkah menuju ke negeri Habasyah), namun sebagian lainnya (tidak beliau izinkan) sehingga mereka terus minta izin dari Rasulullah untuk berperang dan berjihad.

Dari shahabat Khabbab bin Al-Arat Radhiyallahu ‘anhu :

شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً لَهُ فِي ظِلِّ الْكَعْبَةِ، قُلْنَا لَهُ : أَلاَ تَسْتَنْصِرُ لَنَا أَلا تَدْعُو اللهَ لَنَا؟ قَالَ: كَانَ الرَّجُلُ فِيمَنْ قَبْلَكُمْ يُحْفَرُ لَهُ فِي الأَرْضِ فَيُجْعَلُ فِيهِ فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُشَقُّ بِاثْنَتَيْنِ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ مِنْ عَظْمٍ أَوْ عَصَبٍ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَاللهِ لَيُتِمَّنَّ هَذَا الأَمْرَ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ لاَ يَخَافُ إِلاَّ اللهَ أَوْ الذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ”
Kami mengadu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ketika beliau sedang berbantalkan burdahnya di bawah Ka’bah –di mana saat itu kami telah mendapatkan siksaan dari kaum musyrikin–. Kami berkata kepada beliau : “Wahai Rasulullah, mintakanlah pertolongan (dari Allah) untuk kama? berdo’alah (wahai Rasulullah) kepada Allah untuk kami?”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam [2]) : “Bahwa dulu seseorang dari kalangan umat sebelum kalian, ada yang digalikan lubang untuknya kemudian ia dimasukkan ke lubang tersebut. Ada juga yang didatangkan padanya gergaji, kemudian gergaji tersebut diletakkan di atas kepalanya lalu ia digergaji sehingga badannya terbelah jadi dua, akan tetapi perlakuan itu tidaklah menyebabkan mereka berpaling dari agamanya. Ada juga yang disisir dengan sisir besi, sehingga berpisahlah tulang dan dagingnya, akan tetapi perlakuan itu pun tidaklah menyebabkan mereka berpaling dari agamanya. Demi Allah, Allah akan menyempurnakan urusan ini (Islam), hingga (akan ada) seorang pengendara yang berjalan menempuh perjalanan dari Shan’a ke Hadramaut, dia tidak takut kecuali hanya kepada Allah atau (dia hanya khawatir terhadap) srigala (yang akan menerkam) kambingnya. Akan tetapi kalian tergesa-gesa.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 3612, 3852, 6941).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam terus berada dalam kondisi ini dalam periode Makkah selama 13 tahun. Ketika beliau berada di Madinah, setelah berjalan selama 2 tahun turunlah ayat :

﴿أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ﴾ (الحج: 39 )
Telah diizinkan bagi orang-orang yang diperangi karena mereka telah dizhalimi. Sesungguhnya Allah untuk menolong mereka adalah sangat mampu.” [Al-Haj : 39]

Maka ini merupakan izin bagi mereka untuk berperang.

Kemudian setelah itu turun lagi ayat :
﴿وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ﴾ ( البقرة:190)

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, (tetapi) janganlah kalian melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” [Al-Baqarah : 190]

Kemudian setelah itu turun ayat :

﴿فَقَاتِلُوا أَئِمَّةَ الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لا أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنْتَهُونَ﴾ (التوبة: من الآية12)

Maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti. [At-Taubah : 12]

﴿قَاتِلُوا الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ﴾ (التوبة: من الآية29)
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada Hari Akhir” [At-Taubah : 29]

Yakni bisa kita katakan, bahwa perintah langsung untuk berjihad turun setelah 16 atau 17 tahun berlalunya awal risalah. Jika masa dakwah Rasulullah adalah 23 tahun, berarti 17 tahun adalah perintah untuk bersabar. Maka kenapa kita sekarang terburu-buru??!

Kalau ada yang mengatakan : Ya Akhi, mereka (Yahudi) telah mengepung kita! Ya Akhi mereka (Yahudi) telah menzhalimi kita di Ghaza!!

Maka jawabannya : Bersabarlah, janganlah kalian terburu-buru dan janganlah kalian malah memperumit masalah. Janganlah kalian mengalihkan permasalahan dari kewajiban bersabar dan menahan diri kepada sikap perlawanan ditumpahkan padanya darah (kaum muslimin).

Wahai saudara-saudaraku, hingga pada jam berangkatnya aku untuk mengajar jumlah korban terbunuh sudah mencapai 537 orang, dan korban luka 2.500 orang. Apa ini?!!

Bagaimana kalian menganggap enteng perkara ini? Mana kesabaran kalian? Mana sikap menahan diri kalian? Sebagaimana jihad itu ibadah, maka sabar pun juga merupakan ibadah. Bahkan tentang sabar ini Allah berfirman :

﴿إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ﴾
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” [Az-Zumar : 10]

Jadi sabar merupakan ibadah. Kita beribadah kepada Allah dengan amalan kesabaran.

Kenapa kalian mengalihkan umat dari kondisi sabar menghadapi kepungan musuh kepada perlawanan dan penumpahan darah?

Kenapa kalian menjadikan warga yang aman, yang tidak memiliki keahlian berperang, baik terkait dengan urusan-urusan maupun prinsip-prinsip perang, kalian menjadikan mereka sasaran penyerbuan tersebut, sasaran serangan tersebut, dan sasaran pukulan tersebut, sementara kalian sendiri malah keluar menuju Beirut dan Libanon??! Kalian telah menimpakan bencana terhadap umat sementara kalian sendiri malah keluar (dari Palestina)??!

Oleh karena itu saya katakan : Janganlah seorang pun menggiring kita dengan perasaan atau emosi kepada membalik realita.

Kami mengatakan : bahwa wajib atas kita untuk bersabar dan menahan diri serta tidak tidak terburu-buru. Sabar adalah ibadah. Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabar dengan kesabaran yang panjang atas kezhaliman Quraisy dan atas kezhaliman orang-orang kafir. Kaum muslimin yang bersama beliau juga bersabar. Apabila dakwah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam selama 23 tahun, sementara 17 tahun di antaranya Rasulullah bersabar (terhadap kekejaman/kebengisan kaum musyrikin) maka kenapa kita melupakan sisi kesabaran?? Dua atau tiga tahu mereka dikepung/diboikot! Kita bersabar dan jangan menimpakan kepada umat musibah, pembunuhan, kesusahan, dan kesulitan tersebut. Janganlah kita terburu beralih kepada aksi militer!!

Wahai saudaraku, takutlah kepada Allah! Apabila Rasulullah merasa iba kepada umatnya dalam masalah shalat, padahal itu merupakan rukun Islam yang kedua, beliau mengatakan (kepada Mu’adz) : “Apakah engkau hendak menjadi tukang fitnah wahai Mu’adz?!!” karena Mu’adz telah membaca surat terlalu panjang dalam shalat. Maka bagaimana menurutmu terhadap orang-orang yang hanya karena perasaan dan emosinya yang meluap menyeret umat kepada penumpahan darah dan aksi perlawanan yang mereka tidak memiliki kemampuan, bahkan walaupun sepersepuluh saja mereka tidak memiliki kemampuan untuk melakukan perlawanan. Bukankah tepat kalau kita katakan (pada mereka) : Apakah kalian hendak menimpakan musibah kepada umat dengan aksi perlawanan ini yang sebenarnya mereka sendiri tidak memiliki kemampuan untuk melakukan perlawanan tersebut!

Tidak ingatkah kita ketika kaum kuffar dari kalangan Quraisy dan Yahudi berupaya mencabik-cabik Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam dalam perang Ahzab, setelah adanya pengepungan (terhadap Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam dan para shahabatnya) yang berlangsung selama satu bulan, lalu sikap apa yang Rasulullah lakukan? Yaitu beliau Shallahu ‘alaihi wa Sallam mengutus kepada qabilah Ghathafan seraya berkata kepada mereka : “Saya akan memberikan kepada kalian separoh dari hasil perkebunan kurma di Madinah agar mereka (qabilah Ghathafan) tidak membantu orang-orang kafir dalam memerangi kami.”

Kemudian beliau mengutus kepada para pimpinan Anshar, maka mereka pun datang (kepada beliau). Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam menyampaikan kepada mereka bahwa beliau telah mengambil kebijakan begini dan begini, kemudian beliau berkata : “Kalian telah melihat apa yang telah menimpa umat berupa kegentingan dan kesulitan?”

Perhatikan, bukanlah keletihan dan kesulitan yang menimpa umat sebagai perkara yang enteng bagi beliau Shallahu ‘alaihi wa Sallam. Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam tidak rela memimpin mereka untuk melakukan perlawanan militer dalam keadaan mereka tidak memiliki daya dan kemampuan, sehingga dengan itu beliau Shallahu ‘alaihi wa Sallam menerima dari shahabat Salman Al-Farisi ide untuk membuat parit (dalam rangka menghalangi kekuatan/serangan musuh).

Demikianlah (cara perjuangan Rasulullah), padahal beliau adalah seorang Rasul Shallahu ‘alaihi wa Sallam dan bersama beliau para shahabatnya. Apakah kita lebih kuat imannya dibanding Rasulullah?! Apakah kita lebih kuat agamanya dibanding Rasulullah??! Apakah kita lebih besar kecintaannya terhadap Allah dan agama-Nya dibanding Rasulullah dan para shahabatnya??!

Tentu tidak wahai saudaraku.

Sekali lagi Rasulullah tidak memaksakan (kepada para shahabatnya) untuk melakukan perlawanan (terhadap orang kafir). Bukan perkara yang ringan bagi beliau ketika kesulitan yang menimpa umat sudah sedemikian parah. Sehingga terpaksa beliau mengutus kepada qabilah Ghathafan untuk memberikan kepada mereka separo dari hasil perkebunan kurma Madinah (agar mereka tidak membantu kaum kafir menyerang Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam dan para shahabatnya). Namun Allah kuatkan hati dua pimpinan Anshar, keduanya berkata : ‘Wahai Rasulullah, mereka tidak memakan kurma tersebut dari kami pada masa Jahiliyyah, maka apakah mereka akan memakannya dari kami pada masa Islam? Tidak wahai Rasulullah. Kami akan tetap bersabar.’

Mereka (Anshar) tidak mengatakan : Kami akan tetap berperang. Namun mereka berkata : Kami akan bersabar. Maka tatkala mereka benar-benar bersabar, setia mengikuti Rasulullah, dan ridha, datanglah kepada mereka pertolongan dari arah yang tidak mereka sangka. Datanglah pertolongan dari sisi Allah, datanglah hujan dan angin, dan seterusnya. Bacalah peristiwa ini dalam kitab-kitab sirah, pada (pembahasan) tentang peristiwa perang Ahzab.

Maka, permasalahan yang aku ingatkan adalah : Janganlah ada seorangpun yang menyeret kalian hanya dengan perasaan dan emosinya, maka dia akan membalik realita yang sebenarnya kepada kalian.

Aku mendengar sebagai orang mengatakan, bahwa “Penyelesaian permasalahan yang terjadi adalah dengan jihad, dan seruan untuk berjihad!”

Tentu saya tidak mengingkari jihad, namun apabila yang dimaksud adalah jihad yang syar’i

Sementara jihad yang syar’i memilliki syarat-syarat, dan syarat-syarat tersebut belum terpenuhi pada kita sekarang ini. Kita belum memenuhi syarat-syarat terlaksananya jihad syar’i pada hari ini. Sekarang kita tidak memiliki kemampuan untuk melakukan perlawanan. Allah tidak membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya.

Apabila Sayyiduna ‘Isa u pada akhir zaman nanti akan berhukum dengan syari’at Muhammad Shallahu ‘alaihi wa Sallam, ‘Isa adalah seorang nabi dan bersamanya kaum mukminin, namun Allah mewahyukan kepadanya : ‘Naiklah bersama hamba-hamba-Ku ke Jabal Ath-Thur karena sesungguhnya Aku akan mengeluarkan suatu kaum yang kalian tidak mampu melawannya.’ Siapakah kaum tersebut? Mereka adalah Ya`juj dan Ma`juj.

Perampasan yang dilakukan oleh Ya’juj dan Ma’juj -mereka termasuk keturunan Adam (yakni manusia)- terhadap kawasan Syam dan sekitarnya seperti perampasan yang dilakukan oleh orang-orang kafir dan ahlul batil terhadap salah satu kawasan dari kawasan-kawasan (negeri-negeri) Islam. Maka jihad melawan mereka adalah termasuk jihad difa’ (defensif : membela diri). Meskipun demikian ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan kepada ‘Isa ‘alaihissalam - beliau ketika itu berhukum dengan syari’at Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa Sallam - : “Naiklah bersama hamba-hamba-Ku ke Jabal Ath-Thur. Karena sesungguhnya Aku akan mengeluarkan suatu kaum yang kalian tidak akan mampu melawannya.’

Allah tidak mengatakan kepada mereka : “Berangkatlah melakukan perlawanan terhadap mereka.” Allah tidak mengatakan kepada : “Bagaimana kalian membiarkan mereka mengusai negeri dan umat?” Tidak. Tapi Allah mengatakan : “Naiklah bersama hamba-hamba-Ku ke Jabal Ath-Thur. Karena sesungguhnya Aku akan mengeluarkan suatu kaum yang kalian tidak akan mampu melawannya.” Inilah hukum Allah.

Jadi, meskipun jihad difa’ tetap kita harus melihat pada kemampuan. Kalau seandainya masalahnya adalah harus melawan dalam situasi dan kondisi apapun, maka apa gunanya Islam mensyari’atkan bolehnya perdamaian dan gencatan senjata antara kita dengan orang-orang kafir? Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman :

وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا [الأنفال/61]
“Jika mereka (orang-orang kafir) condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya (terimalah ajakan perdamaian tersebut).” [Al-Anfal : 61]

Apa makna itu semua?

Oleh karena itu Samahatusy Syaikh Bin Baz Rahimahullah menfatwakan bolehnya berdamai dengan Yahudi, meskipun mereka telah merampas sebagian tanah Palestina, dalam rangka menjaga darah kaum muslimin, menjaga jiwa mereka, dengan tetap diiringi mempersiapkan diri sebagai kewajiban menyiapkan kekuatan untuk berjihad. Persiapan kekuatan untuk berjihad dimulai pertama kali dengan persiapan maknawi imani (yakni mempersiapkan kekuatan iman), baru kemudian persiapan materi.

Maka kami tegaskan bahwa :

Kewajiban kita terhadap tragedi besar yang menimpa kaum muslimin (di Palestina) dan negeri-negeri lainnya :
- Bahwa kita membantu mereka dengan do’a untuk mereka, dengan cara yang telah aku jelaskan di atas.
- Kita menjadikan masalah darah kaum muslimin sebagai perkara besar, kita tidak boleh mengentengkan perkara ini. Kita menyadari bahwa ini merupakan perkara besar yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya serta kaum muslimin.
- Kita waspada agar jangan sampai ada seorangpun yang menyeret kita hanya dengan perasaan dan emosi kepada perkara-perkara yang bertentangan dengan syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Kita mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah dengan cara mengingatkan diri kita dan saudara-saudara kita tentang masalah sabar. Allah telah berfirman : “Bersabarlah sebagaimana kesabaran para ulul ‘azmi dari kalangan para rasul.” [Al-Ahqaf : 35] Karena sesungguhnya sikap sabar merupakan sebuah siasat yang bijaksana dan terpuji dalam situasi dan kondisi seperti sekarang. Sabar merupakan obat. Dengan kesabaran dan ketenangan serta tidak terburu-buru insya Allah problem akan terselesaikan. Kita memohon kepada Allah pertolongan dan taufiq. Adapun mengajak umat pada perkara-perkara yang berbahaya maka ini bertentangan dengan syari’at Allah dan bertentangan dengan agama Allah.

Kelima :
Memberikan bantuan materi yang disalurkan melalui lembaga-lembaga resmi, yaitu melalui jalur pemerintah. Selama pemerintah membuka pintu (penyaluran) bantuan materi dan sumbangan maka pemerintah lebih berhak didengar dan ditaati. Setiap orang yang mampu untuk menyumbang maka hendaknya dia menyumbang. Barangsiapa yang lapang jiwanya untuk membantu maka hendaknya dia membantu. Namun janganlah menyalurkan harta dan bantuan tersebut kecuali melalui jalur resmi sehingga lebih terjamin insya Allah akan sampai ke sasarannya. Jangan tertipu dengan nama besar apapun, jika itu bukan jalur yang resmi yang bisa dipertanggungjawabkan. Janganlah memberikan bantuan dan sumbanganmu kecuali pada jalur resmi.

Inilah secara ringkas kewajiban kita terhadap tragedi yang menimpa saudara-saudara di Ghaza. Saya memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menolong dan mengokohkan mereka serta memenangkan mereka atas musuh-musuh kita dan musuh-musuh mereka (saudara-saudara kita yang di Palestina), serta menghilangkan dari mereka (malapetaka tersebut). Kita memohon agar Dia menunjukkan keajaiban-keajaiban Qudrah-Nya atas para penjajah, para penindas, dan para perampas yang zhalim dan penganiaya tersebut.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

(Dikutip dari tulisan asli berjudul "SIKAP DAN KEWAJIBAN UMAT ISLAM TERHADAP TRAGEDI PALESTINA", diterjemahkan dari nasihat Syaikh Muhammad bin ‘Umar Bazmul hafizhahullah. URL Sumber http://www.merekaadalahteroris.com/mat/?p=51)

Footnote :
[1] Semula Asy-Syaikh Al-Albani mendha’ifkan hadits ini, sehingga beliau pun meletakkannya dalam Dha’if Sunan Ibni Majah dan Dha’if Al-Jami’. Namun kemudian beliau rujuk dari pendapat tersebut. Beliau menshahihkan hadits tersebut dan memasukkannya dalam Ash-Shahihah no. 3420. beliau rahimahullah mengatakan :

هذا؛ وقد كنت ضعفت حديث ابن ماجه هذا في بعض تخريجاتي وتعليقاتي قبل أن يطبع (( شعب الإيمان ))، فلما وقفت على إسناده فيه، وتبينت حسنه، بادرت إلى تخريجه هنا تبرئة للذمة، ونصحا للأمة داعيا ( ربنا لا تؤاخذنا إن نسينا أو أخطأنا )، وبناء عليه؛ ينقل الحديث من ( ضعيف الجامع الصغير ) و ( ضعيف سنن ابن ماجه ) إلى ( صحيحيهما ).

[2] Dalam riwayat Al-Bukhari lainnya dengan lafazh disebutkan bahwa : Maka beliau langsung duduk dengan wajah memerah seraya bersabda : … .

Sumber : http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1386

Pembelaan dan Nasihat atas Muslimin di Palestina

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن واله وأشهد أن لاإله الا الله وحده لاشريك وله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ….

Bertolak dari sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam :

(( الدين النصيحة .. قلنا لمن .. قال لله ولرسله ولكتبه ولائمة المسلمين وعامتهم )) رواه مسلم من حديث تميم الداري
“Agama adalah nasehat. Para shahabat bertanya, ‘Untuk siapa wahai Rasulullah?’ beliau menjawab : “Untuk Allah, Rasul-Nya, Kitab-Nya, dan untuk para pimpinan kaum muslimin serta keumuman mereka.” [HR. Muslim dari shahabat Tamim Ad-Dari]

Dan sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam :

Tolonglah saudaramu, baik dalam kondisi ia sebagai seorang yang zhalim atau terzhalimi. Seseorang bertanya : ‘Kami menolongnya ketika dia terzhalimi. Namun kalau ia sebagai seorang yang zhallim bagaimana kami akan menolongnya?

Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : yaitu dengan cara engkau mencegahnya dari perbuatan zhalim. Itulah bentuk pertolongan terhadapnya.” [HR. Al-Bukhari]

Kaum Zionis Yahudi adalah di antara musuh Islam yang paling besar kebencian dan permusuhannya terhadap kaum muslimin. Pada masa ini, permusuhan tersebut di antaranya mereka tampakkan terhadap kaum muslimin di Palestina. Sungguh Zionis Yahudi berambisi mencengkram negeri para nabi tersebut dan masjid utama ke-3 milik kaum muslimin, yaitu Masjidil Aqsha.

Hari-hari ini, untuk kesekian kalinya, Zionis Yahudi menampakkan kebrutalan dan permusuhannya dengan menyerang kaum muslimin Palestina yang berada di jalur Ghaza. Sungguh mereka adalah bangsa yang paling kejam. Mereka tidak akan puas dan rela terhadap kaum muslimin sampai kaum muslimin meninggalkan agamanya dan mengikuti mereka.

Maka kaum muslimin harus bangkit melawan segala bentuk makar dan permusuhan kaum kafir.

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ [البقرة/250]
“Wahai Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” [Al-Baqarah : 250]

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (123) إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلاثَةِ آَلافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُنْزَلِينَ (124) بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آَلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُسَوِّمِينَ (125) وَمَا جَعَلَهُ اللهُ إِلاَّ بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلاَّ مِنْ عِنْدِ اللهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (126) [آل عمران/123-126]
“Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badr, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertaqwalah kepada Allah, supaya kalian mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika engkau (Muhammad) mengatakan kepada kaum mukminini : “Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan 3000 malaikat yang diturunkan (dari langit)?” Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kalian dengan 5000 malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan) kalian, dan agar tenteram hati kalian karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali ‘Imran : 123 - 126]

Namun sudahkah kaum muslimin sekarang mendapat pertolongan dan kemenangan dari Allah. Sudahkah kaum muslimin memenuhi syarat-syarat datangnya pertolongan Allah? Yaitu Taqwa dan Sabar?

Sungguh suatu yang sangat menyedihkan kita kaum muslimin semuanya, fenomena dan fakta yang menimpa kaum muslimin saat ini, yaitu kelemahan dan kehinaan kaum muslimin serta hilangnya kewibaan mereka di hadapan musuh-musuhnya. Kondisi ini membuat musuh-musuh kaum muslimin berhasil menguasai mereka dan menjajah negeri mereka. Kondisi kaum muslimin di hadapan musuh-musuhnya laksana makanan yang terhidang, siap disantap dan dicabik-cabik.

Sebenarnya tertindas dan terjajahnya kaum muslimin tidaklah muncul tiba-tiba begitu saja. Namun terdapat sebab-sebab yang mengantarkan kaum muslimin harus mengalami sejarah yang sangat suram dan pahit tersebut. Sebab-sebab tersebut muncul akibat kaum muslimin mulai sibuk dan berlomba-lomba mengejar dunia dan mulai berpaling dari jihad dalam segala bentuknya. Sehingga orientasi dan tujuan utama kaum muslimin adalah dunia di satu sisi, sementara di sisi lain mereka melupakan sebab yang mengantarkan kepada kemuliaan, sebab-sebab datangnya pertolongan Allah, dan sebab-sebab kemenangan. Sungguh Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ، وَ أَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَ رَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ، وَ تَرَكْتُمُ الجِهَادَ، سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ عَنْكُمْ حَتىَّ تَرْجِعُوا إِلىَ دِيْنِكُمْ
Apabila kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah [1]), dan kalian telah disibukkan dengan ekor-ekor sapi (peternakan), dan telah senang dengan bercocok tanam, dan juga kalian telah meninggalkan jihad, niscaya Allah akan timpakan pada kalian kehinaan kepada kalian, tidak akan Allah cabut kehinaan tersebut hingga kalian kembali kepada agama kalian. [HR. Abu Dawud] [2]).

[apabila kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah] merupakan isyarat satu jenis dari mu’amalah ribawiyah yang mengandung unsur tipu muslihat terhadap syari’at.

[dan kalian telah disibukkan memegang ekor-ekor sapi, dan telah senang dengan bercocok tanam] merupakan isyarat tentang sangat perhatiannya seseorang terhadap perkara-perkara dunia dan kecenderungan padanya sementara perkara syari’at dan hukum-hukumnya diabaikan.

[dan juga kalian telah meninggalkan jihad] merupakan buah dari keinginan hidup kekal di dunia.

Dalam hadits tersebut, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa apabila kaum muslimin telah sibuk dengan dunia dan telah meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan pada kaum muslimin kehinaan, tidak akan Allah cabut kehinaan tersebut hingga kaum muslimin kembali kepada agamanya.

Maka sebab kelemahan, kehinaan, dan kehancuran adalah sibuk dengan urusan dunia dan meninggalkan jihad, baik jihad dalam bentuk perang membela agama Allah, atau jihad dalam bentuk mempelajari dan mendalami ilmu agama, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, dan semisalnya.

Sebaliknya, sebab datangnya pertolongan Allah dan sebab kemenangan adalah kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, menegakkan tauhid dan sunnah di muka bumi, dan melepaskan berbagai bentuk perbuatan syirik, bid’ah, hawa nafsu.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman :

وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَ يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (55) [النور/55]
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq.” [An-Nur : 55]

Perhatikan dan renungkan baik-baik ayat di atas. Perhatikan penjelasan Al-Hâfizh Ibnu Katsîr dalam kitab tafsirnya yang sangat monumental, yaitu kitab Tafsîrul Qur`ânil ‘Azhîm, beliau menjelaskan ayat tersebut : “Ini merupakan janji Allah Ta’âlâ kepada para Rasul-Nya shalawatullâh wa salâmuhu ‘alaihi bahwa Dia akan menjadikan umatnya sebagai para khalîfah di muka bumi, yakni sebagai para pimpinan umat dan pemerintah bagi mereka, yang dengan mereka negeri menjadi baik dan semua umat tunduk kepada mereka. Pasti Allah akan menggantikan kondisi mereka, setelah mereka dalam ketakutan menjadi aman dan sentausa di tengah-tengah mereka. Sungguh Allah Tabaraka wa Ta’ala telah melakukannya walahul hamdu wal minnah, karena Allah tidak mewafatkan Rasulullah r sampai beliau berhasil memenangkan kota Makkah, Khaibar, Bahrain, seluruh jazirah arab, dan bumi Yaman. Dan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam telah mengambil jizyah dari orang-orang majusi dari negeri Hajar dan daerah Syam. … .”

Asy-Syaikh As-Sa’di Rahimahullah berkata tentang surat An-Nur ayat : 55 di atas : “Janji yang diberikan Allah Subhanahu wata’ala dalam ayat ini akan terus berlaku sampai hari kiamat. Selama mereka menegakkan keimanan dan amal shalih maka pasti akan diperoleh apa yang dijanjikan Allah kepada mereka. Adapun jika kemudian mereka dapat dikuasai oleh orang-orang kafir dan munafik, maka itu disebabkan mereka menyia-nyiakan iman dan amal shalih (yang diperintahkan kepada mereka).” [Tafsir As Sa’di]

Wahai kaum muslimin, …

Syarat kemenangan, sebab datangnya janji dan pertolongan Allah adalah keimanan dan amal shalih. Yaitu keimanan yang jujur, kokoh, dan ditegakkan di atas ilmu yang bersumber dari Al-Qur`an dan As-Sunnah. Iman sebagaimana keimanan generasi awal umat ini, para as-salafush shalih dari kalangan shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Demikian juga amal shalih yang ditegakkan di ikhlash karena Allah dan tepat sesuai dengan aturan dan bimbingan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Jika syarat dan sebab tersebut tidak terpenuhi, maka wajar jika janji Allah tersebut tidak terwujud.

Maka saudara-saudaraku kaum muslimin di Ghaza secara khusus, dan Palestina secara umum …

Kalian tidak akan bisa lepas dari kekejian bangsa Yahudi kecuali dengan Islam yang haq, yang denganya Palestina berhasil direbut melalui tangan Al-Faruq ‘Umar bin Al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu.

Berjihad membela agama Allah, memerangi kaum kafir Zionis Yahudi, merupakan amal yang agung dan tinggi nilainya di sisi Allah. Maka amalan besar dan agung tersebut harus ditegakkan di atas iman yang benar, di atas ikhlash, dan di atas bimbingan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Kalian harus memenuhi syarat yang dituntut oleh Allah Subhanahu wata’ala agar datang pertolongan-Nya kepada kalian. Maka perhatikan kondisi yang ada pada diri kalian. Perhatikan kondisi para mujahidin yang ada di barisan kalian. Apakah pada sanubari para mujahidin sudah tertanam iman yang benar, iman yang jujur, iman yang ditegakkan di atas ilmu yang bersumber dari Al-Qur`an dan As-Sunnah. Apakah kalian telah mengimani segala yang diimani oleh para as-salafush shalih dan mengingkari semua yang mereka ingkari?

Perhatikan cara jihad kalian, apakah sudah tepat sesuai dengan syari’at dan aturan Nabi kalian? Ukur dan timbanglah itu semua dengan timbangan Al-Qur`an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman Salaful Ummah.

Sungguh Al-Imam Malik bin Anas Rahimahullah menegaskan :

لا يَصلُح آخر هذه الأمّة إلاّ بما صلح به أولها
Tidak akan baik kondisi generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang membuat baik generasi awal mereka.

Perhatikan kesyirikan dan kemaksiatan, jangan sampai terjadi di tengah-tengah kalian. Jangan sampai para mujahidin di barisan kalian ternyata membawa keyakinan syirik atau pun kemaksiatan. Jangan menganggap remeh syirik atau pun maksiat. Sungguh itu sumber bencana dan kehancuran. Walaupun sedikit, walaupun kecil, namun itu perkara yang besar di sisi Allah. Bisa menjadi sebab terhalanginya pertolongan Allah dan terhalanginya kemenangan.

Kembalilah kalian kepada agama dengan benar, tegakkan tauhid, hidupkan dan amalkan sunnah. Kehinaan dan kekalahan tidak akan Allah cabut hingga kalian mau kembali kepada ajaran agama kalian dan berpegang teguh dengannya. Sungguh apa yang menimpa kalian saat ini tidak lain sebagaimana yang difirmankan oleh Allah :

أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Mengapa ketika kalian ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kalian telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuh kalian (pada peperangan Badar), kalian berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah : “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Ali ‘Imran : 165]

Perhatikan dan renungkan baik-baik firman Allah :

إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ (11) [الرعد/11]
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum hingga mereka sendiri yang merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” [Ar-Ra’d : 11]
Mulailah perbaikan itu dari diri kalian sendiri. Mulailah perbaikan itu dengan pembenahan aqidah kalian. Tanamkan aqidah salafiyyah, tauhid yang murni, dan sunnah yang shahih pada diri kalian, pada barisan mujahidin yang bergabung bersama kalian.

Tinggalkan kesyirikan. Tinggalkan bergantung dan bersandarkan kepada selain Allah. Jangan kalian beristighatsah kepada selain Allah. Jangan ada seorang pun dari mujahidin yang berangkat ke medan tempur dalam kondisi bergantung dan bersandar kepada selain Allah. Jika ada salah seorang dari mujahidin berbuat maksiat maka segera ditegur dan dinasehati di tempat.

Demikian juga tinggalkan bid’ah dan kemungkaran. Beribadahlah kepada Allah dengan cara yang benar, yaitu dengan cara sunnah.

Janganlah kalian berhubungan dan bekerja sama dengan kelompok-kelompok sesat dan bid’ah. Karena berhubungan dan bekerja sama dengan mereka adalah sebab kehancuran. Tinggalkan mereka, walaupun mereka menawarkan bantuan, menunjukkan pembelaan terhadap kalian, dan bahkan terlihat turut aktif berjihad. Siapapun mereka, kelompok apapun mereka, tinggalkan mereka semua. karena asas kerja sama dan persatuan kaum muslimin adalah aqidah yang benar, tauhid yang murni, sunnah yang suci. Selama kelompok tersebut tidak beraqidah dengan aqidah salafiyyah, maka tinggalkan mereka.

Termasuk dalam hal ini adalah syi’ah Rafidhah. Sungguh mereka adalah umat yang sangat jahat terhadap kaum muslimin. Permusuhan mereka terhadap kaum muslimin sangat nyata. Mereka adalah kaum yang telah mengkafirkan Abu Bakr, ‘Umar bin Al-Khaththab, ‘Utsman bin ‘Affan, dan segenap shahabat Nabi lainnya. Mereka menuduh malaikat Jibril ‘Alaihis Salam telah berkhianat dengan menyampaikan wahyu kepada Muhammad padahal semestinya kepada ‘Ali bin Abi Thalib (!!)… Menuduh Sayyidah ‘Aisyah -isteri Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam yang mulia- sebagai pelacur, mereka meyakini bahwa mushhaf Al-Qur`an yang ada pada kaum muslimin ini sudah kurang dan sudah dirubah. Mereka memiliki mushhaf sendiri yang mereka namakan mushhaf Fathimah yang berisi tiga kali lipat mushhaf kaum muslimin. Bahkan kaum Syi’ah Rafidhah menempatkan para imam mereka pada posisi sebagai tuhan (!!) sungguh itu semua merupakan keyakinan kufur dan syirik terhadap Allah.

Sejarah juga membuktikan, betapa mereka adalah umat yang sangat kejam terhadap kaum muslimin.

Wahai kaum muslimin …

Apakah kelompok kufur ini hendak kalian jadikan kawan. Apakah kalian rela berhubungan dan bekerja sama dengan mereka? Apakah kalian tertipu dan terpesona pada mereka ketika mereka menampakkan turut aktif berjihad?

Wahai kaum muslimin, wahai para mujahidin …

Sungguh barisan mujahidin yang paling mulia di muka bumi, dengan panglima perang yang paling mulia di muka bumi bisa porak poranda barisan mereka di medan Uhud akibat satu pelanggaran ringan yang mereka lakukan.

Maka bagaimana jika di tengah barisan mujahidin terjadi kesyirikan kepada Allah, yang itu merupakan kemaksiatan yang paling besar dan kezhaliman terhadap Allah.

Maka bagaimana jika di tengah barisan mujahidin terjadi kebid’ahan. Bagaimana jika para mujahidin bekerja sama dengan para pembawa kebatilan dan kesesatan. Bagaimana jika didapati di tengah-tengah barisan mujahid seorang yang berani mendustakan Allah dan Rasul-Nya?

Sungguh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam marah besar, ketika dalam perjalan ke medan Hunain terdapat beberapa shahabat menginginkan dibuatkan untuk mereka tempat minta barakah dari makhluk.

Shahabat Abu Waqid Al-Laitsi Radhiallahu ‘anhu menceritakan :

أَنَّهُمْ خَرَجُوا عَنْ مَكَّةَ مَعَ رَسُولِ اللهِ r إِلَى حُنَيْنٍ ، قَالَ : وَكَانَ لِلْكُفَّارِ سِدْرَةٌ يَعْكُفُونَ عِنْدَهَا، وَيُعَلِّقُونَ بِهَا أَسْلِحَتَهُمْ، يُقَالُ لَهَا : ذَاتُ أَنْوَاطٍ، قَالَ : فَمَرَرْنَا بِسِدْرَةٍ خَضْرَاءَ عَظِيمَةٍ، قَالَ : فَقُلْنَا : يَا رَسُولَ اللهِ ، اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ r : قُلْتُمْ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ كَمَا قَالَ قَوْمُ مُوسَى : {اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةً قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ} إِنَّهَا السُّنَنُ ، لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ سُنَّةً سُنَّةً.
Bahwa para shahabat berangkat dari Makkah bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menuju ke (pertempuran) Hunain. Kaum kafir ketika itu memiliki satu pohon yang mereka biasa beri’tikaf padanya dan menggantungkan senjata-senjata mereka, pohon itu disebut Dzatu Anwath. Kemudian kami pun melewati satu pohon hijau yang besar, maka kami berkata : ‘Wahai Rasulullah buatkan untuk kami Dzatu Anwath juga.’ Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda : Sungguh kalian telah meminta seperti permintaan kaum Musa : ‘Buatkan untuk kami sesembahan sebagaimana mereka (musyrikin) memiliki sesembahan-sembahan. Musa berkata : sungguh kalian adalah kaum yang bodoh.’ Itu adalah kebiasan. Pasti kalian akan mengikuti kebiasaan umat sebelum kalian sedikit demi sedikit!” [Ahmad V/218]

Perhatikan, betapa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam marah besar ketika mereka meminta sesuatu yang bisa mengantarkan kepada kesyirikan, yang mungkin bagi sebagian orang merupakan perkara yang sepele. Namun itu besar di sisi Allah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah mengisahkan, bahwa betapa kaum muslimin tidak bisa menang melawan Tartar akibat ada di tengah-tengah muslimin yang masih beristighatsah kepada selain Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :

“….hingga ketika musuh yang keluar dari syari’at Islam datang ke Damaskus (yakni Tartar), mereka (sebagian kaum muslimin) keluar untuk beristighatsah kepada orang-orang mati di kuburan-kuburan, yang mereka mengharapkan dari sisinya agar hilangnya bahaya. Beberapa penyair (dari kalangan mereka) berkata :

يَا خَائِفِينَ مِنَ التَّتَر لُوْذُوْا بِقَبْرِ أَبِيْ عُمَر
Wahai orang-orang yang takut dari Tentara Tartar
Berlindunglah kepada kubur Abi ‘Umar

Atau berkata :

عُوْذُوْا بِقَبْرِ أَبِيْ عُمَر يُنْجِيْكُمْ مِنَ الضَّرَر
Berlindunglah kalian kepada kubur Abi ‘Umar
Dia akan menyelamatkan kalian dari setiap bahaya

Aku (Syaikhul Islam) katakan kepada mereka : “Mereka yang kalian ber-istighatsah kepadanya, kalaupun mereka turut hadir bersama kalian dalam peperangan, mereka pun akan kalah sebagaimana kalahnya kaum muslimin di Perang Uhud. Karena sesungguhnya telah ditetapkan (oleh Allah) bahwa tentara akan terpecah (kalah) karena sebab-sebab yang mengharuskan demikian. Dan karena adanya ketentuan hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala padanya.

Oleh karena itu orang-orang yang memiliki pemahaman dan pengertian terhadap dien yang baik tidak mau ikut berperang pada saat itu karena tidak adanya peperangan yang syar’i [3]) yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan karena peperangan (semacam itu) hanya akan menghasilkan kerusakan dan tidak turunnya pertolongan (Allah) yang sangat dibutuhkan. Maka tidak ada padanya balasan dunia dan tidak pula balasan akhirat, bagi siapa yang mengerti ini dan itu (yaitu mengerti kesesatan kedua belah pihak), walaupun kebanyakan orang meyakini bahwa itu adalah jihad syar’i, adapun niatnya diserahkan pada hati mereka.

Maka setelah itu mulailah kami mengajak manusia untuk mengikhlaskan dien hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan beristighatsah hanya kepada-Nya dan agar tidak beristighatsah kepada selain-Nya. Tidak beristighatsah kepada malaikat yang dekat kepada Allah tidak pula kepada nabi yang diutus. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala pada saat peperangan Badr :
إذ تستغيثون ربكم فاستجاب لكم
Dan ingatlah ketika kalian beristighatsah kepada Rabb kalian lalu dikabulkan-Nya bagi kalian… [Al Anfal : 9]

Diriwayatkan, bahwa dalam perang Badr Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berdo’a :
يا حي يا قيوم لا إله إلا أنت برحمتك أستغيث
“Ya Hayyu Ya Qayyum, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Engkau, maka dengan Rahmat-Mu aku beristighatsah.”



Dalam riwayat lain dengan lafazh :
أصلح لي شأني كله ولا تكلني إلى نفسي طرفة عين ولا إلى أحد من خلقك
“Perbaikilah kondisiku semuanya, janganlah Engkau serahkan aku pada diriku sendiri walau sekejap mata, dan jangan pula engkau serahkan aku pada seorang pun dari makhluk-Mu.”

Tatkala manusia sudah mau memperbaiki keadaan mereka dan jujur, beristighatsah hanya kepada Allah, maka Allah menolong mereka dari musuh-musuh mereka dengan pertolongan yang besar. Sehingga kalahlah tentara kafir Tartar dengan kekalahan yang tidak pernah terjadi pada saat itu.

Hal demikian disebabkan benarnya perwujudan tauhidullah dan ketaatan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, yang sebelumnya mereka tidak seperti itu. Sesungguhnya Allah menolong Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman di kehidupan dunia dan pada Hari Persaksian.” [4])

Para ‘ulama pun membersihkan barisan mujahidin dan mengusir para pengusung bid’ah dan kebatilan dari medan jihad. Al-‘Ijly berkata : “Ibrahim bin Muhammad seorang yang tsiqah, shalih, dan seorang ahlul hadits. Dialah yang mendidik ahluts tsughur (para mujahidin yang ada di front pertempuran) dan mengajarkan sunnah kepada mereka, dia juga menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Jika ada seorang ahlul bid’ah masuk ke tsughur langsung dia usir keluar. Dia memiliki banyak hadits dan fiqh yang mendalam… .”

Suatu ketika Ibrahim bin Muhammad pernah mengumumkan bahwa, ‘Barangsiapa yang memiliki paham qadariyyah [5]) maka tidak boleh hadir di majelisku. Barang siapa memiliki pemikiran taqlid maka tidak boleh hadir di majelisku. Barangsiapa yang menjadi penjilat penguasa maka tidak boleh hadir di majelisku!’ Kemudian akupun keluar dan menyampaikan pengumuman tersebut kepada mereka.”

Maka demikianlah, bersihkan barisan kalian. Bersihkan dari kesyirikan, kebid’ahan. Bersihkan barisan kalian dari para pengusung paham sesat Syi’ah Rafidhah, Khawarij, Qadariyyah, Mu’tazilah, Shufiyyah, dll.

Ya Allah, kuatkanlah umat ini dalam perkara yang benar, yang dengannya para wali-Mu menjadi mulia dan musuh-musuh-Mu menjadi hina. Ya Allah tinggikanlah kalimat-Mu, muliakanlah agama-Mu, dan muliakanlah dengannya kaum muslimin. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar (mengabulkan) do’a.

(Dikutip dari situs artikel berjudul asli "PEMBELAAN DAN NASEHAT TERHADAP KAUM MUSLIMIN DI PALESTINA". URL Sumber http://www.merekaadalahteroris.com/mat/?p=50)

Footnote :

[1] Jual beli ‘inah adalah jual beli dengan cara riba. Contohnya si A menjual barang kepada si B dengan harga tertentu dan pembayaran dilakukan di belakang hari (kredit). Kemudian sebelum lunas pembayarannya, si A membeli kembali (dengan kontan) barang yang dia jual tersebut dari si B dengan harga yang lebih murah daripada harga yang ditetapkan ketika dia menjualnya. Kemudian nantinya si B harus rtetap membayar barang tersebut dengan harga semula walaupun barang tersebut sudah tidak lagi dimilikinya. (lihat Nailul Authar, V/250).

[2] HR. Abu Dawud no 3462, Ahmad II/28. Dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di Ash Shahihah no. 11.

[3] Di sini Syaikhul Islam menganggap peperangan quburiyyun terhadap Tartar bukan jihad syar’i (lihat Jama‘ah Wahidah hal. 87).

[4] (Kitab Radd ‘alal Bakri II/732-738

[5] Aliran sesat yang dicetuskan pertama kali oleh Ma’bad Al Juhani. Yaitu aliran yang mengingkari taqdir Allah, bahwa segala sesuatu yang terjadi ini di luar taqdir dan kehendak Allah

Sumber : http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1385

Peringatan atas Yahudi akan kehancuran mereka

DAN NASEHAT TERHADAP KAUM MUSLIMIN

Fadhilatusy Syaikh Al-’Allamah Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah

Kepada umat yang dimurkai (Yahudi), yang Allah ‘Azza wa Jalla berfirman tentang mereka :

﴿ فَبَاؤُواْ بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُّهِينٌ ﴾
Karena itu mereka (Yahudi) mendapat murka di atas kemurkaan (yang mereka dapatkan sebelumnya). Dan untuk orang-orang kafir adzab yang menghinakan. [Al-Baqarah : 90]

Kepada umat yang hina dan rendah, yang telah Allah timpakan kepada mereka kehinaan dan kerendahan akibat kekufuran mereka dan perbuatan mereka membunuh para nabi. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

﴿ ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللهِ وَيَقْتُلُونَ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ ﴾
“Telah ditimpakan kepada mereka (Yahudi) kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah serta ditimpakan kepada mereka kerendahan. Yang demikian itu (yakni: ditimpa kehinaan, kerendahan, dan kemurkaan dari Allah) karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu (yakni: kekafiran dan pembunuhan atas para nabi-nabi) disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” [Ali ‘Imran : 112]

Inilah sebagian sifat-sifat kalian yang mengharuskan kalian senantiasa berada dalam kehinaan, kerendahan, dan selalu mendapat kemurkaan dari Allah. Kalian tidak akan pernah bisa tegak dalam kebaikan kecuali dengan berpegang pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, hingga hari ini dan sampai Hari Kiamat kelak. Kalian tidak memiliki sandaran sejarah keimanan dan aqidah, kalian tidak memiliki sandaran sejarah sifat kejantanan dan keberanian. Kalian hanya berani berperang dari balik tembok, sementara permusuhan (perselisihan) di antara kalian sendiri sangat sengit. Sungguh sifat-sifat keji kalian sangat banyak, diantaranya :
- khianat,

- melanggar,

- menebar fitnah,

- menyalakan api peperangan,

- dan berbuat kerusakan di muka bumi.

Setiap kalian menyalakan api peperangan niscaya Allah memadamkannya. Sungguh sejarah kalian sangat kelam, kondisi dan sifat jelek kalian tersebut sudah sangat dikenal oleh segenap umat.

Terhadap umat yang mendapat murka (Yahudi) tersebut aku katakan - dan ini juga dikatakan oleh setiap muslim yang jujur- :

Janganlah kalian sombong! Janganlah kalian berbuat kejahatan! dan janganlah kalian terpesona dengan apa yang telah kalian peroleh berupa kemenangan yang menipu! Sesungguhnya, demi Allah, kalian tidak akan pernah bisa menang terhadap tentara Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa Sallam! dan kalian tidak akan pernah bisa menang terhadap aqidah Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa Sallam, aqidah tauhid lâ ilâha illallâh. Kalian tidak akan pernah bisa menang terhadap tentara yang dipimpin oleh Khalid bin Al-Walid, Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah, Sa’d bin Abi Waqqash, ‘Amr bin Al-’Ash, Nu’man bin Muqrin Radhiyallah ‘anhum yang tertarbiyyah (terdidik) di atas aqidah Muhammad Shallahu ‘alaihi wa Sallam dan manhaj Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa Sallam, yang mereka (para panglima tersebut) mentarbiyah pasukannya di atas aqidah tersebut, memimpin pasukannya untuk meninggikan Kalimatullah. Sungguh kekuatan yang jauh lebih besar dari kekuatan kalian sekarang, seperti tentara Kisra (Persia) dan tentara Kaisar (Romawi), tidak mampu mengalahkan mereka (tentara Nabi Muhammad tersebut),

Kalian tidak akan pernah menang menghadapi pasukan yang demikian kondisinya, demikian kondisi aqidahnya, demikian kondisi manhajnya, dan demikian kondisi tujuannya yaitu dalam rangka meninggikan Kalimatullah. Kalian hanya akan bisa mengalahkan pasukan yang terdiri dari generasi yang telah menyimpang. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

﴿ فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ﴾

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” [Maryam : 59]

Kalian hanya akan bisa mengalahkan pasukan yang mayoritasnya tidak meyakini aqidah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para shahabatnya, tidak meyakini manhaj Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan tentaranya, dan tidak meyakini tujuan yang dulu mereka (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan tentaranya) berjihad karenanya. (Pasukan yang nilainya sekadar) buih itulah yang bisa kalian kalahkan. Disebabkan ketidakberdayaan dan kelemahan pasukan tersebut negara kalian bisa berdiri, kalian bisa tampil di muka bumi, dan kalian bisa menebar kerusakan padanya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
﴿ وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا . فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُواْ خِلالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُولاً . ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا . إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الآخِرَةِ لِيَسُوؤُواْ وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُواْ الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا ﴾
“Kami telah tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab (yang telah Allah turunkan pada mereka) itu : “Sesungguhnya kamu pasti akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”.

Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, pasti Kami datangkan kepada kalian hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka akan menguasai kampung-kampung (kalian) tersebut, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.

Kemudian Kami berikan kepada kalian giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantu kalian dengan harta kekayaan dan anak-anak, serta Kami jadikan kalian kelompok yang lebih besar.

Jika kalian berbuat baik (berarti) kalian telah berbuat baik untuk diri kalian sendiri, dan jika kalian berbuat jahat, maka (kejahatan) itu untuk diri kalian sendiri. Apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kalian dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya pada kali pertama, dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” [Al-Isra` : 4-7]

Inilah sejarah perjalan kalian. Demikianlah Allah memperlakukan kalian. Meskipun (kehancuran pertama kalian) tersebut telah berlalu melalui tangan bangsa Majusi, maka bagi kalian akan ada lagi kehancuran yang lebih dahsyat lagi melalui tangan tentara Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, tentara Islam sebagaimana telah Allah janjikan untuk kalian karena kehinaan dan kerendahan kalian di hadapannya (tentara Islam). Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

﴿ وَإِنْ عُدتُّمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا ﴾
“Jika kalian kembali kepada (kedurhakaan) niscaya Kami pun kembali (mengadzab kalian). Kami telah menjadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.” [Al-Isra` : 8]

Sekarang ternyata kalian kembali (melakukan kedurhakaan), maka pasti akan kembali pula kepada kalian adzab Allah yang sangat keras, (Dia Allah adalah) Dzat yang tidak akan pernah mengingkari janji. Melalui tangan tentara Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, bukan tentara yang telah menjadi kaki tangan kalian atau kaki tangan Barat dan Nashara, serta kaki tangan harta duniawi. Jangan kalian sombong dan jangan tertipu. Demi Allah, kalian tidak akan pernah menang terhadap Islam, kalian tidak akan pernah menang terhadap tentara Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, serta kalian tidak akan pernah menang terhadap tentara Al-Faruq (’Umar bin Al-Khaththab Radhiyallah ‘anhu), atau tentara Khalid (bin Al-Walid Radhiyallah ‘anhu), dan saudara-saudaranya dari kalangan tentara-tentara Allah dan tentara-tentara Islam.

Kepada seluruh kaum muslimin secara umum, baik pemerintah maupun rakyat, kelompok-kelompok maupun partai-partai, ‘ulama maupun cendekiawan : Sampai kapan kalian cenderung mengutamakan kehidupan (dunia) yang hina ini? Sampai kapan kalian hidup sebagai buih? Sampai kapan?! Sampai kapan?! Sampai kapan?! Mana orang-orang yang berakal jernih di tengah-tengah kalian?! Mana para ‘ulama kalian?! Mana para cendekiawan kalian?! Mana para panglima perang kalian?!

Kalian telah mendirikan ribuan sekolah dan universitas, mana hasilnya? Demi Allah, kalau seandainya ada sepuluh sekolah dan universitas yang tegak di atas manhaj nubuwwah, baik dalam aqidah, akhlaq, maupun penerapan syari’at yang bijaksana, niscaya dunia akan terang dengan cahaya iman dan tauhid dan akan sirnalah kegelapan kebodohan, kesyirikan, dan kebid’ahan, dan musuh tidak akan bisa menguasai (menjajah) kalian seperti ini. Kalau ada sebagian universitas yang tegak di atas manhaj yang benar, maka menyelinaplah orang-orang yang tidak suka dengan manhaj (yang haq) tersebut, kemudian merusak perjalanannya serta merusak para akademisi dan lulusannya. Hanya kepada Allah sajalah tempat kita mengeluh.

Tidakkah kenyataan pahit ini mendorong kalian untuk meninjau kembali kurikulum-kurikulum di sekolah-sekolah dan universitas-universitas kalian, serta metode pendidikan kalian. Tidakkah sudah tiba masanya untuk memikirkan baik-baik dalam rangka melakukan perbaikan terhadap sistem tersebut? Menggantinya secara total, memberlakukan kurikulum Islamiyyah yang benar yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Sallam serta manhaj as-salafush shalih. Demi Allah, tidak akan baik kondisi generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang telah membuat baik kondisi generasi awal umat ini.

Gantilah kurikulum-kurikulum tersebut yang tidak menghasilkan kecuali buih, berlakukanlah manhaj rabbani, yang tidak ada kebaikan, kesuksesan, maupun keselamatan baik di dunia maupun di akhirat kecuali dengannya. Jika kalian memang benar-benar menginginkan untuk diri kalian dan untuk umat kalian kesuksesan, kebaikan, dan kemenangan terhadap musuh-musuhnya, terutama (kemenangan) terhadap suatu kaum yang telah Allah timpakan kepada mereka kehinaan dan kerendahan (yaitu kaum Yahudi).

Kepada Pemerintah Muslimin secara khusus,

Sungguh di atas pundak kalian terdapat tanggung jawab yang sangat besar sekali :

Tanggung jawab pertama, kewajiban kalian untuk senantiasa berpegang kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, dan sirah para al-khulafa`ur Rasyidin baik dalam aqidah, ibadah, maupun politik kalian, serta dalam mengemban tanggung jawab rakyat dan pendidikan mereka.

Kewajiban dari Allah atas kalian -secara pasti- adalah :

- Kalian enyahkan segala undang-undang (buatan manusia) yang membuat mundur dan terbelakangnya umat (dalam hal keimanan dan aqidah mereka).

- Hendaknya kalian melakukan siasat dalam mengatur umat (rakyat) kalian dalam segala urusan kehidupan mereka, baik kehidupan keagamaan maupun kehidupan dunia mereka, berdasarkan aturan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, serta bimbingan para al-khulafa`ur Rasyidin.

Karena sesungguhnya kalian hanyalah hamba-hamba Allah, yang di atas bumi-Nya kalian hidup, dari rizki-Nya lah kalian makan, minum, dan berpakaian, maka sudah merupakan hak Allah atas kalian adalah kalian beribadah hanya kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan kalian merasa mulia dengan agama dan syari’at-Nya. Maka berpegangteguhlah kepadanya dan perintahkan rakyat kalian agar juga berpegang teguh kepadanya. Kondisi keagamaan rakyat sangat bergantung dengan kondisi para pimpinan mereka. Sesungguh Allah akan mencabut (kezhaliman atau kerusakan) melalui tangan sulthan (penguasa) yang tidak bisa dicabut melalui (nasehat-nasehat) Al-Qur`an, sebagaimana ditegaskan oleh Khalifah ar-Rasyid ‘Utsman (bin ‘Affan Radhiyallahu ‘anhu).

Tanggung Jawab Kedua, hendaknya kalian membentuk sebuah pasukan yang Islami yang terdidik di atas bimbingan Al-Qur`an dan As-Sunnah, serta terdidik di atas pondasi tentara Islam, dalam rangka mewujudkan berbagai tujuan dan target tentara Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Sungguh, wajib atas kalian untuk mendidik (tentara tersebut) di atas bimbingan aqidah dan manhaj Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, serta aqidah dan manhaj Al-Faruq (’Umar bin Al-Khaththab), dan Khalid (bin Al-Walid), serta mendidik (tentara tersebut) di atas tujuan yang telah digariskan oleh Allah untuk Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para shahabatnya, agar mereka menjadi junudullah (tentara Allah) sejati. Maka jika kondisi mereka seperti itu, sungguh mereka (junudullah tersebut) tidak akan pernah terkalahkan. Allah berfirman :

﴿ وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ ﴾ الصافات : 173

Sesungguhnya tentara Kami-lah yang pasti menang. [Ash-Shaffat : 173]

Bukan di atas tujuan-tujuan duniawi dan syi’ar-syi’ar jahiliyyah, baik syi’ar nasionalisme, atau syiar kebangsaan, atau syi’ar kedaerahan, ataupun syai’ar-syi’ar lain yang lebih jelek dari itu semua. Sungguh telah cukup (sebagai pelajaran) bagi kalian dan rakyat kalian apa yang selama ini menimpa kalian dan rakyat kalian, yaitu pelecehan oleh umat yang paling rendah dan paling hina (yaitu Yahudi), serta tantangan mereka terhadap kalian, kesombongannya, ketakaburannya, dan sikap ekstrim mereka terhadap kalian. Demi Allah, tidak akan bisa menghilangkan berbagai kejahatan dan kesombongan (Yahudi) tersebut kecuali dengan cara berpegang teguh kepada Islam, serta mentarbiyyah rakyat dan tentara kalian di atas prinsip-prinsip (aqidah) dan ideologi Islam, serta menghilangkan segala bentuk syi’ar, pemikiran, dan ideologi yang mengantarkan umat kepada kenyataan yang sangat pahit ini.

Kepada rakyat Palestina secara khusus :

Wajib atas rakyat Palestina untuk mengetahui tahu, bahwa :

Negeri Palestina tidaklah dimerdekakan kecuali dengan Islam, di bawah kepemimpinan Faruqul Islam (’Umar bin Al-Khaththab) dan bala tentaranya yang Al-Islamiyyah Al-Faruqiyyah.

Tidak mungkin pula negeri Palestina dibebaskan dari kenajisan Yahudi kecuali dengan Islam yang benar, yang denganya negeri Palestina telah berhasil direbut melalui kepemimpinan Al-Faruq (’Umar bin Al-Khaththab Radhiyallah ‘anhu). Sungguh kalian telah berupaya membela diri dengan sekuat tenaga. Aku tidak mengetahui suatu bangsa yang bisa bersabar seperti kesabaran kalian, namun sayang banyak di antara kalian yang tidak beraqidah dengan aqidahnya Al-Faruq (’Umar bin Al-Khaththab Radhiyallah ‘anhu) dan tidak bermanhaj dengan manhajnya. Kalau seandainya jihad kalian ditegakkan di atas aqidah dan manhaj tersebut, niscaya berbagai problem kalian akan teratasi, dan niscaya kalian akan meraih kemenangan dan kesuksesan.

Maka wajib atas kalian menegakkan aqidah, manhaj, dan jihad kalian di atas bimbingan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, wajib pula atas kalian semuanya untuk berpegang berpegang teguh kepada tali (agama) Allah dan tidak berpecah belah. Terapkanlah ini semua dengan penuh keseriusan dan keikhlasan baik di masjid-masjid kalian, sekolah-sekolah kalian, maupun di universitas-universitas kalian. Jujurlah kepada Allah dalam semua itu Insya Allah demi terwujudnya kemenangan yang gemilang terhadap bangsa (Yahudi) saudara-saudara kera dan babi.

Sesungguhnya bagi kaum muslimin penduduk Syam ada janji yang pasti melalui lisan (Rasululullah) sang Ash-Shadiqul Mashduq (yang jujur dan dibenarkan), yaitu janji kemenangan atas kaum Yahudi dan Nashara. Maka bangkitlah kalian dengan penuh kesungguhan menyongsong terwujudnya janji tersebut. Tanpa itu pasti kalian tidak akan memperoleh kecuali kegagalan dan kerugian. Sungguh, demi Allah, tidak bermanfaat bagi kalian ikut campurnya Amerika, atau PBB, serta tidak memberi manfaat kepada kalian semangat nasionalisme, atau pun semangat kebangsaan yang sangat dibenci (oleh Allah). Maka bersegeralah, bersegeralah merealisasikan sebab-sebab terwujudnya kemenangan yang hakiki dan pasti. Sungguh telah cukup bagi kalian (sebagai pelajaran) berbagai pengalaman yang sangat banyak, yang semuanya tidak bermanfaat dan tidak akan bermanfaat untuk kalian sedikitpun (selain merealisasikan sebab-sebab kemenangan yang hakiki dan pasti). Janganlah kalian menjadi seperti kondisi yang diungkapkan dalam syair :

كالعيس في البيداء يقتله الظمأ … والماء فوق ظهورها محمول
Seperti onta yang berjalan di gurun, ia terbunuh (mati) oleh dahaga

Padahal air senantiasa terbawa di atas punggungnya

Ya Allah, wujudkan untuk umat ini dalam perkara yang benar, yang dengannya para wali-Mu menjadi mulia dan musuh-musuh-Mu menjadi hina. Ya Allah tinggikanlah kalimat-Mu, muliakanlah agama-Mu, dan muliakanlah dengannya kaum muslimin, giringlah (bimbinglah) mereka kepada-Mu dan kepada agama-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar (mengabulkan) do’a..

Artikel asli dari http://sahab.net/home/index.php?threads_id=160 :
فضيلة العلامة د. ربيع بن هادي بن عمير المدخلي : إلى أمة الغضب الذين قال الله فيهم : ﴿ فَبَاؤُواْ بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُّهِينٌ ﴾ . [ البقرة : 90 ] . إلى أمة الذل والهوان الذين ضرب الله عليهم الذلة والمسكنة بكفرهم وقتلهم الأنبياء : ﴿ ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللهِ وَيَقْتُلُونَ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ ﴾ . [ آل عمران : 112 ] .

فهذه بعض صفاتكم التي استوجبتم بها الذلة ، والمسكنة ، والغضب من الله ، ولا تقوم لكم قائمة إلا بحبل من الله ، وحبل من الناس إلى يومنا هذا وإلى يوم القيامة . فليس لكم سند من إيمان وعقيدة ، وليس لكم سند من رجولة وشجاعة ؛ فلا تزالون تقاتلون من وراء جدر بأسكم بينكم شديد ، إن أوصافكم الشنيعة لكثيرة جدًا ، ومنها : الخيانة ، والغدر ، وإثارة الفتن ، وتأجيج نار الحروب ، والسعي في الأرض بالفساد ، وكلما أوقدتم نارًا للحرب أطفأها الله ، وإن تأريخكم لأسود ومعروف ذلكم عنكم لدى الأمم جميعًا .

لهذه الأمة أقول - ويقولها كل مسلم صادق - : لا تبطروا ، ولا تأشروا ، ولا تغتروا بما أحرزتموه من نصر مغشوش ؛ فإنكم - والله - ما انتصرتم على جيش محمد - صلى الله عليه وسلم - ، ولا على عقيدة محمد - صلى الله عليه وسلم - : عقيدة التوحيد " لا إله إلا الله " ، لم تنتصروا على جيش يقوده أمثال : خالد بن الوليد ، وأبي عبيدة بن الجراح ، وسعد بن أبي وقاص ، وعمرو بن العاص ، والنعمان بن مقرن ممن تربوا على عقيدة محمد - صلى الله عليه وسلم - ، ومنهج محمد - صلى الله عليه وسلم - ، وربوا جيوشهم على ذلك ، وقادوهم لإعلاء كلمة الله ؛ فلم يقف في وجههم من هم أشد منكم قوةً وبأسًا من جيوش الأكاسرة والقياصرة .

لم تنتصروا على جيش هذا حاله ، وهذه عقيدته ، وهذا منهجه ، وهذه غايته إعلاء كلمة الله . إنما انتصرتم على جيوش هي خلوف ﴿ فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ﴾ . [ مريم : 59 ] .

انتصرتم على جيش أكثرهم لا يعتقدون عقيدة محمد وأصحابه ، ولا منهج محمد وجنده ، ولا الغاية التي كانوا يجاهدون من أجلها . على هؤلاء الغثاء انتصرتم ، وبسبب ضياعهم وفشلهم قامت دولتكم ، وعلوتم في الأرض ، وأشعتم بها الفساد ﴿ وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا . فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُواْ خِلالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُولاً . ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا . إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الآخِرَةِ لِيَسُوؤُواْ وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُواْ الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا ﴾ . [ الإسراء : 4 - 7 ] .

وهذا هو تأريخكم ، وهكذا يعاملكم الله ، ولئن كانت هذه قد مضت على أيدي المجوس ، فلكم - إن شاء الله - ما هو أشد منها على أيدي جيش محمد - صلى الله عليه وسلم - جيش الإسلام كما توعدكم الله بذلك لهوانكم عليه ، ولحقارتكم لديه ﴿ وَإِنْ عُدتُّمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا ﴾ . [ الإسراء : 8 ] .

وهأنتم عدتم ، وسيعود لكم بطش الله الشديد الذي لا يخلف الميعاد ، وعلى أيدي جيش محمد لا على أيدي أفراخكم ، وأفراخ الغرب النصراني والمادي . لا تغتروا ، ولا تبطروا ؛ فوالله ما انتصرتم على الإسلام ، ولا على جيش محمد ، والفاروق ، وخالد ، وإخوانه من جنود الله وجنود الإسلام .

وإلى عموم المسلمين - حكامًا ومحكومين ، طوائف وأحزاب ، وعلماء ومثقفين - : إلى متى تركنون إلى هذه الحياة الذليلة !؟ إلى متى تعيشون هذا الغثاء !؟ إلى متى !؟ وإلى متى !؟ وإلى متى !؟ فأين عقلاؤكم !؟ وأين علماؤكم !؟ وأين مثقفوكم !؟ وأين قاداتكم العسكريون !؟

لقد أنشأتم آلاف المدارس والجامعات فما هي ثمارها !؟ - والله - لو قام عشر معشار هذه المدارس والجامعات على منهاج النبوة عقيدةً ، وأخلاقًا ، وتشريعًا حكيمًا لأضاءت الدنيا بنور الإيمان والتوحيد ، ولتبددت ظلمات الجهل والشرك والبدع ، ولما تسلط عليكم الأعداء هذا التسلط ، وإن قامت بعض الجامعات على المنهج الحق تسلل إليها من لا يحب هذا المنهج ، فأثر في مسارها ، وغير وجهة كثير من منسوبيها ، فإلى الله المشتكى .

ألا يحتم عليكم هذا الواقع المرير ؛ إعادة النظر في مناهج مدارسكم وجامعاتكم ، وأساليب تربيتكم ، هل آن الآوان للتفكير الجاد في تغيير هذه الأوضاع ، وقلبها رأسًا على عقب ، وإقامة المناهج الإسلامية الصحيحة المستمدة من كتاب الله ، وسنة رسوله - صلى الله عليه وسلم - ، ومنهج السلف الصالح ، - والله - لا يصلح آخر هذه الأمة ؛ إلا بما صلح به أولها .

غيروا هذه المناهج التي لا تنتج لكم في الغالب إلا الغثاء ، وأقيموا على أنقاضها المنهج الرباني الذي لا صلاح ولا فلاح ولا نجاح لكم في الدنيا والآخرة إلا به ؛ إن كنتم تريدون لأنفسكم وأمتكم الفلاح والصلاح والنصر على الأعداء ، وعلى رأسهم من ضرب الله عليهم الذلة والمسكنة .

وإلى حكام المسلمين - خاصة - إن عليكم لمسؤلية عظيمة جدًا جدًا :

أولها : إلتزامكم بكتاب الله ، وسنة رسوله ، وسيرة الخلفاء الراشدين في عقائدكم وعباداتكم وسياستكم ، وفي حمل رعاياكم وتربيتهم على كل ذلك ، وعليكم - حتمًا - من الله ربكم أن تنبذوا القوانين - والله - الرجعية المتخلفة ، وسياسة أمتكم في جميع شؤون حياتها الدينية والدنيوية بكتاب الله ، وسنة رسوله ، وخلفائه الراشدين . فإنكم عباد الله ، وعلى أرضه تعيشون ، ومن رزقه تأكلون وتشربون وتلبسون ؛ فمن حقه عليكم أن تعبدوه ، وأن تشكروه ، وأن تعتزوا بدينه وشرعه ؛ فتلتزمونه ، وتلزمون به شعوبكم ، والناس على دين ملوكهم ، وإن الله لينزع بالسلطان مالا ينزع بالقرآن - كما قال الخليفة الراشد عثمان - .

ثانيًا : أن تكوِّنوا جيوشًا إسلامية تتربى على الكتاب والسنة ، وعلى أسس الجيش الإسلامي ، ولتحقيق غايات وأهداف الجيش المحمدي . يجب أن تربوه على عقيدة ومنهج محمد - صلى الله عليه وسلم - ، والفاروق ، وخالد ، وأن تربوه على الغايات التي رسمها الله لمحمد وصحبه ليكونوا جند الله حقًا ، وحينئذٍ فلن يغلبوا ﴿ وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ ﴾ . [ الصافات : 173 ] . لا على غايات دنيوية ، وشعارات جاهلية من قومية ، ووطنية ، وإقليمية ، وما هو أسوأ من ذلك ، فقد كفاكم - إن شاء الله - ، وكفى شعوبكم ما نزل بكم ، وبهم من استخفاف أحط الأمم ، وأذلها ، وتحديها لكم ، وغطرستها ، وكبريائها ، وطغيانها عليكم ، والله لا يدفع هذه الشرور والكبرياء إلا بالاعتصام بالإسلام ، وتربية أمتكم وجيوشكم على أصوله ، ومبادئه مع إسقاط كل الشعارات ، والأفكار ، والعقائد التي آلت بالأمة إلى هذا الواقع المرير .

وإلى الشعب الفلسطيني - خاصةً - يجب أن يعلم هذا الشعب : أن فلسطين ما فتحت إلا بالإسلام على يد فاروق الإسلام وجيوشه الإسلامية الفاروقية ، ولن تحرر من دنس اليهود إلا بالإسلام الحق الذي فتحت به على يد الفاروق . ولقد ناضلتم كثيرًا وكثيرًا ، ولا أعرف شعبًا صبر مثل صبركم ، ولكن كثيرًا منكم لا يحمل عقيدة الفاروق ولا منهجه ، ولو قام جهادكم على هذا لحلت مشكلتكم ، وأحرزتم النصر والظفر ؛ فعليكم أن تقيموا عقائدكم ، ومناهجكم ، وجهادكم على كتاب الله ، وسنة رسوله ، وأن تعتصموا جميعًا بحبل الله ولا تفرقوا ؛ افعلوا كل هذا بجد وإخلاص في مساجدكم ، ومدارسكم ، وجامعاتكم ، واصدقوا الله في كل ذلك - إن شاء الله - لتحقيق النصر المؤزر على إخوان القردة والخنازير .

وإن لأهل الشام المسلمين وعدًا صادقًا على لسان الصادق المصدوق - صلى الله عليه وسلم - بالنصر على اليهود والنصارى ، فشمروا عن ساعد الجد ينجز لكم وعده ، وبدون ذلك فلن تحصلوا إلا على الخيبة والخسران ، فلا - والله - لا ينفعكم تدخل أمريكا ، ولا الأمم المتحدة ، ولا القومية ، ولا الوطنية المقيتة ؛ فالبدار البدار إلى أسباب النصر الحقيقي المؤزر ، فلقد كفتكم التجارب الكثيرة التي لم تغني ، ولن تغني عنكم شيئًا ، ولا تكونوا كما قيل :

كالعيس في البيداء يقتله الظمأ ... والماء فوق ظهورها محمول

اللهم أبرم لهذه الأمة أمر رشد يعز فيه أولياؤك ، ويذل فيه أعداؤك . اللهم أعل كلمتك ، وأعز دينك ، وأعز به المسلمين . وخذ بنواصيهم إليك وإليه . إنك سميع الدعاء .

(Dikutip dari artikel asli berjudul "PERINGATAN TERHADAP YAHUDIAKAN KEHANCURANNYA DI TANGAN TENTARA NABI MUHAMMAD Shallallahu ‘alaihi wa Sallam !!" URL Sumber http://www.merekaadalahteroris.com/mat/?p=49)

Bingkisan Untuk Kaum Muslimin Palestina

Nasehat Emas dari Dua Mujaddid Besar Masa Ini

Asy-Syaikh Al-‘Allamah Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam risalahnya Fiqhul Waqi’ hal 48-50 menjelaskan :
”Sesungguhnya sebab mendasar kehinaan kaum muslimin ialah :
a. Kebodohan mereka tentang syari’at Islam yang Allah turunkan kepada hati Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam .
b. Mayoritas kaum muslimin telah mengetahui hukum-hukum Islam dalam sebagian urusan mereka, namun mereka tidak mau mengamalkan

Dengan demikian, kunci kembalinya kemuliaan Islam ialah dengan mempraktekkan ilmu yang bermanfaat dan mengerjakan amal shalih. Ini adalah masalah besar yang tidak mungkin dicapai oleh kaum muslimin melainkan dengan menerapkan manhaj At-Tashfiyyah (pembersihan) dan At-Tarbiyyah (pendidikan). Dua hal ini adalah dua kewajiban yang sangat penting dan sangat agung kedudukannya.

Yang saya maksud dengan At-Tashfiyyah adalah beberapa perkara :

1. Membersihkan aqidah Islamiyyah dari perkara yang menyimpang, seperti kesyirikan, menolak sifat-sifat Allah, menta’wilkan sifat-sifat Allah, menolak hadits-hadits shahih yang berhubungan dengan masalah aqidah, dan yang lainnya.
2. Membersihkan fiqih islam dari ijtihad-ijtihad keliru yang menyalahi Al-Qur’an dan As-Sunnah dan membebaskan akal dari belenggu-belenggu taqlid dan kegelapan ta’asshub.
3. Membersihkan kitab-kitab tafsir, fiqih, raqa’iq, dan yang laiinya dari hadits-hadits dha’if (lemah), maudhu’ (palsu), riwayat-riwayat isra`iliyyat, dan munkar.

Adapun yang saya maksud dengan At-Tarbiyyah ialah mendidik generasi yang tumbuh dengan Islam yang telah dimurnikan dari penyimpangan-penyimpangan di atas. Mendidik mereka dengan pendidkan Islam yang benar sejak dini dan tidak terpengaruh sedikitpun dengan sistem pendidikan ala barat yang kafir.”

Di tempat lain, Asy-Syaikh Al-Albani Rahimahullah juga menjelaskan bahwa satu-satunya jalan untuk melepaskan muslimin dari kehinaan dan kemundurannya sekarang ini adalah dengan kembali kepada Ad-Dien, yang caranya adalah dengan menerapkan manhaj At-Tashfiyyah dan At-Tarbiyyah. Beliau mengatakan : “Agar kita dapat memberikan dalil yang menunjukkan benarnya pendapat yang kita pegangi dalam manhaj ini, kita kembali kepada Al-Qur’an. Di dalamnya ada satu ayat yang menunjukkan kesalahan orang-orang yang menyelisihi kita pada perkara yang sudah kita yakini dan kita pastikan dengannya, yaitu bahwa Al-Bidayah (langkah pertama untuk kembali kepada dien) adalah dengan melakukan At-Tashfiyyah kemudian berikutnya At-Tarbiyyah, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

إِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (7) [محمد/7]

Jika kalian menolong (agama) Allah, maka Allah akan menolong kalian dan mengokohkan kedudukan kalian. [Muhammad : 7]

Inilah ayat yang dimaksud. Di sini para mufassirin telah sepakat : bahwa makna nashrullah (pertolongan Allah) adalah menerapkan hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala. Termasuk di antaranya adalah beriman dengan hal-hal ghaib yang Allah jadikan syarat pertama bagi kaum mukminin (dengan firmannya) :

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ [البقرة/3]

Yaitu orang-orang yang beriman terhadap yang ghaib dan menegakkan shalat. [Al Baqarah : 3].

Maka, apabila pertolongan Allah tidak turun kecuali dengan cara menegakkan hukum-hukum-Nya, maka bagaimana kita dapat masuk ke dalam jihad ‘amali (yakni perang di medan tempur yang kita berharap pertolongan Allah turun padanya) sedangkan kita tidak menolong Allah sesuai dengan yang telah disepakati oleh mufassirin? Bagaimana kita bisa mendapatkan pertolongan Allah dalam berjihad sedang aqidah kita rusak? Bagaimana kita bisa mendapatkan pertolongan dalam berjihad sedang akhlak kita bejat? Jadi, sebelum berjihad harus membenarkan aqidah dan mendidik diri.

Sungguh aku tahu bahwa manhaj kita dalam melakukan At-Tashfiyyah dan At-Tarbiyyah tidak terlepas dari pertentangan. Di sana ada yang mengatakan : ‘Sesungguhnya perkara At-Tashfiyyah dan At-Tarbiyyah adalah perkara yang membutuhkan masa yang panjang!‘ Akan tetapi aku katakan bukan itu yang penting dalam perkara ini. Yang penting bahwa kita memulai dengan mengenal agama kita dan setelah itu, tidak menjadi masalah apakah jalannya akan panjang (lama) atau pendek (sebentar).[1]) Sesungguhnya perkataanku ini aku tujukan kepada para da’i muslimin, para ‘ulama, dan para pembimbing umat. Aku mengajak mereka agar mereka berjalan di atas ilmu yang sempurna tentang Islam yang shahih dan agar mereka dapat memerangi berbagai macam kelalaian dan kelengahan serta berbagai perselisihan dan pertentangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ [الأنفال/46]
dan janganlah kalian berselisih sehingga menyebabkan kalian menjadi lemah dan hilang kekuatan kalian [An Anfal : 46]

Apabila kita telah menghilangkan perselisihan dan kelalaian ini, dan kita telah menempati Shahwah Islamiyah (kebangkitan Islam) yang bersatu dan bersepakat, berarti kita mulai mengarah untuk merealisasikan kekuatan materi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللهِ وَعَدُوَّكُمْ [الأنفال/60]
Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu [Al Anfal : 60]

Merealisasikan kekuatan materi adalah suatu perkara yang harus dilaksanakan, misalnya dengan harus membangun pabrik-pabrik senjata dan yang lainnya. Tetapi, sebelum itu semua haruslah kembali kepada ad-Dien yang benar sebagaimana yang ditempuh dan dijalani oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan para shahabatnya Radhiallahu ‘Anhum, baik dalam masalah aqidah, ibadah, suluk (akhlaq), dan dalam seluruh perkara yang berkaitan dengan syariat.

Oleh karena itu, aku ulangi kembali perkataanku : Tidak ada jalan untuk terlepas dari kenyataan yang menyedihkan yang menimpa umat ini melainkan (dengan cara kembali) kepada Al-Kitab dan As-Sunnah, dan menerapkan At-Tashfiyyah dan At-Tarbiyyah dalam rangka kembali kepada dua dasar tersebut. Untuk itu kita dituntut untuk mengetahui ilmu hadits yang dengannya kita bisa membedakan antara hadits yang shahih dan hadits yang dhaif, agar kita tidak menentukan hukum-hukum (agama) dengan cara yang salah, sebagaimana yang telah terjadi di kalangan muslimin akibat terlalu banyaknya mereka berpegang kepada hadits dha’if…” [2])

Asy Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz Rahimahullah menerangkan :
”Jika kaum muslimin jujur dan mau serius serta bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh-musuhnya, dengan mengerahkan semua potensi dan kemampuan yang dimiliki berupa persiapan fisik dan menolong agama Allah, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menolong mereka. Allah jadikan mereka kuat di hadapan musuh dan mampu mengalahkan mereka serta tidak hina di bawah mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha benar perkataan dan janji-janji-Nya telah berfirman :

إِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (7) [محمد/7]
Jika kalian menolong (agama) Allah, maka Allah akan menolong kalian dan mengokohkan kedudukan kalian. [Muhammad : 7]

Allah tidak lemah serta tidak butuh kepada manusia. Tapi Dia menguji hamba-hamba-Nya yang baik dengan hamba-hamba-Nya yang jelek agar terlihat kejujuran orang-orang yang jujur dan kedustaan para pendusta. Agar terlihat mana yang benar-benar sebagai mujahid dan mana yang bukan, siapa yang berharap selamat dari adzab dan siapa yang tidak. Sebenarnya Allah, Dia Maha mampu untuk menolong wali-wali-Nya dan menghancurkan musuh-musuh-Nya tanpa peperangan, tanpa jihad, dan tanpa yang lainnya. Sebagaimana Allah telah berfirman :

ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ [محمد/4]
Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebagian kalian dengan sebagian yang lain. [Muhammad : 4]

Allah berfirman di Surat Al Anfal tentang kisah Perang Badr :

وَمَا جَعَلَهُ اللهُ إِلا بُشْرَى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ [الأنفال/10]
Dan Allah tidaklah menjadikannya kecuali sebagai kabar gembira dan agar hati kalian menjadi tentram. [Al Anfal : 10]

Yakni pengiriman bala bantuan dari-Nya berupa bala tentara malaikat

وَمَا النَّصْرُ إِلا مِنْ عِنْدِ اللهِ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (10) [الأنفال/10]
Tidaklah pertolongan itu kecuali hanya dari sisi Allah, sesungguhnya Allah itu Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. [Al Anfal : 10]

Allah juga berfirman dalam surat Ali ‘Imran :

وَمَا جَعَلَهُ اللهُ إِلا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلا مِنْ عِنْدِ اللهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (126) [آل عمران/126]
Dan Allah tidaklah menjadikannya (yakni pengiriman bala bantuan dari-Nya berupa bala tentara malaikat) kecuali sebagai kabar gembira bagi kalian dan agar hati kalian tenang dengannya. Dan tidaklah pertolongan itu kecuali hanya dari sisi Allah, sesungguhnya Allah itu Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. [Ali ‘Imran : 126]

Maka pertolongan itu hanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Tapi Allah (mengirimkankannya dalam bentuk) bantuan bala tentara malaikat. dan juga kekuatan yang Allah berikan dalam bentuk senjata, materi, dan pasukan yang besar. Semuanya itu merupakan sebab-sebab (datangnya) pertolongan serta kabar gembira dan ketenangan hati. Sementara pertolongan Allah tidak terkait dengan itu semua. Allah berfirman :

كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللهِ وَاللهُ مَعَ الصَّابِرِينَ (249) [البقرة/249]

Berapa banyak pasukan kecil bisa mengalahkan pasukan besar dengan izin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang sabar. [Al Baqarah : 249]

Kita perlu ingat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan para shahabatnya, dulu dalam Pertempuran Badr jumlah mereka hanya sekitar 310 orang saja. Persenjataan minim, kendaraan hanya 70 ekor onta, mereka saling bergantian dalam mengendarainya. Tidak ada kuda kecuali hanya 2 ekor saja. Adapun pasukan kafir ketika itu berjumlah sekitar 1000 personil! Dilengkapi dengan kekuatan yang besar dan persenjataan yang banyak. Namun ketika Allah menghendaki mereka (kaum kafir) hancur, maka Allah hancurkan mereka. Kekuatan dan pasukan dalam jumlah besar itu tidak ada gunanya lagi. Allah hancurkan ribuan orang (kuffar) dan kekuatan yang besar itu dengan 3000 malaikat dan 310 pasukan dengan kekuatan yang sangat lemah. Namun dengan kemudahan, pertolongan, dan bantuan Allah kaum muslimin berhasil menang dan berhasil menawan 70 kuffar serta membunuh 70 kuffar, serta berhasil memukul mundur sisanya. Semuanya itu merupakan tanda kekuasan dan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala dan itu merupakan pertolongan-Nya.

Demikian juga dalam pertempuran Ahzab. Tentara kuffar memerangi Kota Madinah dengan kekuatan 10.000 personil yang merupakan gabungan segenap qabilah ‘arab ketika itu, yaitu Quraisy dan yang lainnya. Mereka mengepung kota Madinah. Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan para shahabatnya menghadapi mereka dengan strategi khandaq (membuat parit sepanjang perbatasan Kota Madinah, sehingga menghalangi tentara kuffar untuk masuk, pent). Itu merupakan sebab datangnya pertolongan Allah yang hissi (tampak). Sementara tentara kuffar terus mengepung Kota Madinah sampai beberapa waktu lamanya. Kemudian Allah porak-porandakan barisan mereka tanpa melalui peperangan! Allah masukan ke hati mereka ru’b (perasaan takut dan gentar) dan Allah kirimkan angin dan tentara dari sisi-Nya (untuk mengaucaukan dan menghancurkan mereka), sehingga mereka tidak bisa tenang, akhirnya mereka memutuskan untuk menghentikan pengepungan dan kembali ke daerah masing-masing dengan penuh ketakutan. Ini semua merupakan pertolongan dan bantuan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka kekuatan kuffar melemah dan mereka tidak jadi memerangi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan para shahabat di Madinah. Bahkan sebaliknya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam balik memerangi mereka pada hari Hudaibiyyah. Yaitu melalui Perjanjian Hudaibiyyah, di mana terjadi kesepakatan gencatan senjata ketika itu. (Ini merupakan bentuk kemenangan Rasululullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam atas kuffar). Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam memerangi kuffar tersebut secara fisik pada Ramadhan tahun 8 H dan Allah jadikan beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam berhasil merebut kota Makkah. Yang akhirnya setelah itu manusia masuk Islam secara berbondong-bondong.

Jadi An-Nashr (pertolongan) itu di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dialah yang menolong hamba-hamba-Nya (mukminin). Namun Allah juga memerintahkan mereka untuk melakukan sebab-sebab yang bisa mendatangkan pertolongan-Nya tersebut. Sebab terbesarnya adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Di antara bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah tafaqquh dan mempelajari agama-Nya, sehingga dengannya engkau mengetahui hukum-hukum Allah dan syari’at-Nya untuk dirimu dalam hal yang berkaitan dengan pribadimu, dengan orang lain, dan dengan jihadmu melawan musuhmu. Sehingga mendorongmu untuk melakukan persiapan untuk menghadapi musuh. Dengan ilmu tersebut engkau menahan diri dari larang-larangan Allah, dan engkau menunaikan perintah-perintah Allah, serta berhenti di batas-batas yang Allah tentukan. Ilmu tersebut mendorongmu untuk bekerjasama dengan saudara-saudaramu muslimin dan engkau rela mengorbankan hartamu yang paling mahal dan berharga sekalipun di jalan Allah, dalam rangka menolong agama Allah dan meninggikan kalimat Allah. Bukan untuk kepentingan negara atau suku (atau yang semisal itu).

Inilah cara dan jalan untuk mendapatkan pertolongan dari Allah, yaitu dengan cara mempelajari ilmu syar’i dan tafaqquh fiddin. Semua lapisan Umat Islam harus melakukan ini, baik pemerintah maupun rakyat, baik besar maupun kecil. Kemudian mengamalkan konsekuensi-konsekuensi ilmu tersebut serta meninggalkan larangan-larangan Allah yang selama ini kita masih bergelimang di dalamnya.

-selesai penjelasan dari Asy-Syaikh Bin Baz Rahimahullah [ dari Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah V/109-112 ]

Dari Tsauban Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

يُوْشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى اْلأَكَلَةُ إِلىَ قَصْعَتِهَا، فَقَالَ قَائِلٌ : وَ مِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ : بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَ لَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمْ المَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَ لَيَقْذِفَنَّ اللهُ فيِ قُلُوْبِكُمْ الوَهْنَ. فَقَالَ قَائِلٌ : يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَ مَا الْوَهْنُ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَ كَرَاهِيَةُ المَوْتِ.
Hampir-hampir umat-umat (di luar kalian) mengerumuni kalian sebagaimana orang-orang yang makan mengerumuni piring hidangannya.
Ada yang bertanya kepada beliau : “Apakah disebabkan jumlah kita sedikit pada saat itu?”
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab : “Bahkan kalian pada hari itu jumlahnya banyak, akan tetapi kalian hanyalah buih seperti buih yang dibawa air bah (banjir) dan sungguh Allah akan mencabut dari dada-dada musuh kalian rasa segan (ketakutan) terhadap kalian dan Allah akan lemparkan ke dalam hati kalian ‘Al Wahn’.”
Seseorang bertanya lagi : “Wahai Rasulullah apakah ‘Al Wahn’ itu?”
Beliau menjawab : “Cinta dunia dan takut mati.” [3])

Asy-Syaikh Bin Baz Rahimahullah berkata : “Penyakit al-wahn yang tersebut dalam hadits di atas hanyalah muncul disebabkan karena kebodohan yang dengannya umat buih sepeti buih yang dibawa banjir. Mereka tidak memiliki bashirah (ilmu) tentang kewajiban mereka karena kejahilan tersebut, yang karenanya mereka hanya bernilai seperti itu (buih).” [ dari Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah V/106 ]

Asy-Syaikh ‘Abdul Malik Ramadhani hafizhahullah berkata ketika menerangkan hadits tersebut :
Kalau Hadits Tsauban di atas menyebutkan jenis penyakitnya, yaitu : Cinta dunia dan takut mati. Maka hadits Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘Anhu berikut ini menyebutkan obatnya yang tepat sempurna untuk penyakit tersebut, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam berkata :

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ، وَ أَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَ رَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ، وَ تَرَكْتُمُ الجِهَادَ، سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ عَنْكُمْ حَتىَّ تَرْجِعُوا إِلىَ دِيْنِكُمْ
Apabila kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah [4]), dan kalian telah disibukkan dengan ekor-ekor sapi (peternakan), dan telah senang dengan bercocok tanam, dan juga kalian telah meninggalkan jihad, niscaya Allah akan timpakan pada kalian kehinaan kepada kalian, tidak akan Allah cabut kehinaan tersebut hingga kalian kembali kepada agama kalian. [HR. Abu Dawud] [5]).

Maka dari sini kita bisa mengambil dua faedah :

Pertama : Hadits Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘Anhu ini menyebutkan obat bagi penyakit yang disebutkan secara global dalam Hadits Tsauban serta merincinya.

- Jadi sabda beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : “Apabila kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah, dan kalian telah disibukkan memegang ekor-ekor sapi, dan telah senang dengan bercocok tanam”; merupakan rincian dari penyakit “Cinta dunia.”

- Sedangkan sabda beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : “Dan juga kalian telah meninggalkan jihad“; itu merupakan akibat (atau rincian) dari penyakit “Takut mati.“ Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآَخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ (38) [التوبة/38]
Wahai orang-orang yang beriman, apa sebabnya, apabila dikatakan kepada kalian : “Berangkatlah untuk berperang di jalan Allah”, kalian merasa berat dan ingin tetap tinggal di tempat kalian? Apakah kalian lebih senang dengan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, padahal tidaklah kehidupan dunia itu dibanding dengan akhirat kecuali sedikit. [At-Taubah : 38]

Perhatikan dua lafazh hadits di atas, karena itu berasal dari sumber yang sama, (yaitu seorang) yang tidak berbicara dengan hawa nafsunya, tapi tidak lain itu merupakan wahyu yang beliau terima dari Allah Subhanahu wa Ta’ala!

Kedua : bahwa manusia berbeda-beda dalam menentukan obat dan solusi bagi musibah yang menimpa umat ini. Di antara mereka ada yang berpendapat dengan cara politik, ada yang berpendapat dengan cara perang (pertumpahan darah), dan ada pula yang berpendapat dengan cara IPTEK, serta masih banyak lagi pendapat-pendapat lainnya. Adapun solusi dan jalan keluar yang ditempuh oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam adalah dengan cara dien, da’wah dan Tarbiyyah. Karena umat ini jika beragama dengan agama yang benar dan beramal dengan sunnah-sunnah beliau niscaya akan menjadi baik semua urusan mereka. Namun jika mereka berpaling dari sikap ruju’ (kembali) kepada agama mereka niscaya mereka lebih tidak mampu lagi untuk mewujudkan cara-cara yang lainnya. Hal itu karena Ahlus Sunnah As-Salafiyyun adalah orang yang paling berhak atas Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan paling bangga dengan da’wah beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, yaitu dengan bersungguh-sungguh dalam mengajarkan kepada manusia ilmu dan bersabar di atasnya. Sampai Allah tampakkan kepada mereka berupa disambutnya da’wah tauhid dan terwujudnya kemenangan.

وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (4) بِنَصْرِ اللهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (5) [الروم/4، 5]
Dan pada hari itu kaum mu’min bergembira dengan pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. [Ar Rum : 4-5]

Kalaupun umat tidak menerima da’wah mereka –termasuk da’wah tauhid– maka mereka tetap kokoh dan bersabar di atas jalan tersebut, tidak menyimpang sedikitpun dari jalan ini sampai bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas Rabbaniyyah yang telah Allah berfirman tentang mereka :

وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (79) [آل عمران/79]
…tapi jadilah kalian orang-orang Rabbani, dengan sebab kalian selalu mengajarkan Al Kitab dan dengan sebab karena kalian selalu mempelajarinya. [Ali ‘Imran : 79]

Oleh karena itu tidak benar ijtihad (pendapat) orang-orang yang menyatakan bahwa problematika umat ini akan selesai dengan cara politik, atau dengan cara perang, atau melalui jalur IPTEK, atau pun cara-cara yang lainnya. Hal ini karena Rasulullah telah menyatakan dengan tegas, bahwa solusinya adalah : [sampai kalian ruju’ (kembali) kepada Dien (agama) kalian]. Tidak ada cara untuk bisa ruju’ (kembali kepada agama) kecuali dengan cara mempelajarinya. Maka solusi dari problem tersebut semuanya berporos dan kembalinya kepada At-Ta’lim (mempelajari agama), sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:

إِنَّمَا العِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَ الحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ
Hanyalah ilmu itu didapat dengan cara mempelajarinya, dan hanyalah hilm (sikap bijak) itu diperoleh dengan cara tahallum (usaha untuk bersikap bijak) [HR. Al-Khathib] [6])

Maka jelaslah dari dalil-dalil di atas, dan dengan memadukan antara :
- Kandungan hadits Tsauban -yang menyebutkan bahwa penyakitnya itu terletak di hati : [Cinta dunia dan takut mati]-
- Dan Kandungan hadits Ibnu ‘Umar -yang menyebutkan obatnya, yaitu [sampai kalian ruju’ (kembali) kepada agama kalian]-

Dari sini jelaslah bahwa : Perbaikan pertama kali yang harus dilakukan adalah perbaikan hati, yaitu dengan cara membersihkan aqidah yang ada di dalam hati. Sebagaimana hal ini telah dinyatakan secara tegas oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam :

أَلاّ وَ إِنَّ فيِ الجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وَ إِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَ هِيَ القَلْبُ
Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal darah, jika dia baik maka baiklah seluruh jasad, dan jika dia rusak maka rusaklah seluruh jasad, ketahuilah bahwa segumpal darah itu adalah Al Qalb (hati) [7]). [Muttafaqun ‘alaihi] [8]).

–sekian

(Dikutip dari artikel berjudul asli " Bingkisan Untuk Kaum Muslimin Palestina", url sumber http://www.merekaadalahteroris.com/mat/?p=48#more-48)

Footnote :
[1] Hal ini mengingatkan kita pada sebuah hadits dari shahabat Khabbab Al Arat Radhiallahu ‘Anhu : Kami mengadu kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ketika beliau sedang berbantalkan burdahnya di bawah Ka’bah –di mana saat itu kami telah mendapatkan siksaan dari kaum musyrikin–. Kami berkata berkata kepada beliau : “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memohonkan pertolongan untuk kita? Mengapa engkau tidak berdo’a kepada Allah untuk kita?”

Maka beliau langsung duduk, wajahnya memerah seraya bersabda : “Dahulu umat sebelum kalian ada yang disisir dengan sisir besi, sehingga berpisahlah tulang dan dagingnya, akan tetapi perlakuan itu tidaklah menyebabkan mereka berpaling dari agamanya. Demi Allah, Allah akan menyempurnakan urusan ini (Islam), hingga (akan ada) seorang pengendara yang berjalan menempuh perjalanan dari Shan’a ke Hadramaut, dia tidak takut kecuali hanya kepada Allah atau (dia hanya khawatir terhadap) srigala (yang akan menerkam) kambingnya. Akan tetapi kalian tergesa-gesa. [HR. Al Bukhari No. 3612, 3852, 6941; Ahmad IV/165-166, VI/395]

Itulah kalimat yang keluar dari lisan seorang nabi yang sangat menginginkan kebaikan bagi umatnya, yang merasa berat dan susah atas segala penderitaan yang dialami oleh umatnya. Kalimat ini dinyatakan oleh beliau ketika kaum muslimin sedang dalam keadaan tersiksa oleh kekejaman Quraisy. Kalimat ini keluar untuk menyejukkan hati para shahabat beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, yang sedang mengalami penyiksaan dan penderitaan, dirundung berbagai kesusahan dan musibah……dan merasakan perjalanan da’wah ini terlalu panjang. Inilah tarbiyah nabawi untuk para shahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, generasi terbaik dan terutama di umat ini…..tidak kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengambil jalan pintas dan merasakan apa yang beliau alami selama ini sebagai jalan yang sangat panjang, yang kemudian mendorong beliau untuk melakukan tindakan pembunuhan, penculikan, dan tindakan-tindakan teror yang lainnya menghadapi kekejaman pemerintahan kafir Quraisy. Tidak pula Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melakukan orasi-orasi dan provokasi-provokasi terhadap umat untuk melakukan tindakan-tindakan di atas. Karena Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam tahu dan mengerti kondisi umat yang lemah dan membutuhkan adanya At-Tashfiyyah (pembersihan) aqidah mereka dari segala perkara yang mengotorinya serta melakukan At-Tarbiyyah (pembinaan) umat menuju kepada ilmu dan aqidah yang benar.

[2] Dinukil dari Hayatu Al Albani wa Atsaruhu I/389-391 karya Ibrahim Asy Syaibani.

[3] HR. Ahmad V/278 dan Abu Dawud no. 4297, dari hadits Tsuban Radhiallahu ‘Anhu, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani Rahimahullah dalam Ash-Shahihah no. 958.

[4] Jual beli ‘inah adalah jual beli dengan cara riba. Contohnya si A menjual barang kepada si B dengan harga tertentu dan pembayaran dilakukan di belakang hari (kredit). Kemudian sebelum lunas pembayarannya, si A membeli kembali (dengan kontan) barang yang dia jual tersebut dari si B dengan harga yang lebih murah daripada harga yang ditetapkan ketika dia menjualnya. Kemudian nantinya si B harus rtetap membayar barang tersebut dengan harga semula walaupun barang tersebut sudah tidak lagi dimilikinya. (lihat Nailul Authar, V/250).

[5] HR. Abu Dawud no 3462, Ahmad II/28. Dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di Ash Shahihah no. 11.

[6] HR. Al-Khathib di dalam At-Tarikh IX/127, dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam Ash-Shahihah 342.

[7] Maka wajib membersihkan qalbu (hati) umat ini dari aqidah-aqidah yang mengotorinya, agar perbuatan dan tindakan anggota tubuhnya menjadi baik. Hati mereka harus dibersihkan dari noda kesyirikan agar anggota badan mereka tidaklah beribadah kepada selain Allah. Dibersihkan hati mereka dari noda aqidah mu’tazilah dan khawarij agar selamat lisan mereka dari pengkafiran terhadap kaum muslimin serta caci makian terhadap ‘ulama dan para penguasa muslimin dan seterusnya dari berbagai macam aqidah-aqidah sesat yang mengotori qalbu mereka.

[8] HR. Al-Bukhari 52; Muslim 1599, dari shahabat An-Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhu .

Sumber:http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1383