Posisi Bulan pada tanggal 19 Juli 2012
Posisi Bulan pada tanggal 19 Juli 2012 (29 Sya'ban 1433H) pada pukul 17:40:57.
Gambar 2
Pemandangan 2.
Gambar 3
Pemandangan 3.
Gambar 4
Pemandangan 4.
Gambar 6
Pemandangan 6.
Gambar 7
Pemandangan 7.
Gambar 8
Pemandangan 8.
Gambar 9
Pemandangan 9.
Gambar 5
Pemandangan 5.
Gambar 10
Pemandangan 10.
Saturday, January 10, 2009
Koneksi Internet pake HP D-One DM289
Tuesday, January 06, 2009
Hukum, Keutamaan, dan Sejarah Puasa Asyura
يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ
“(Shaum tersebut) menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah lewat.” [HR. Muslim 1162)
Shaum ini merupakan shaum sunnah. Dulu Nabi shalallahu’alaihi wa sallam biasa melakukannya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ummul Mu`minin Sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu’anha :
كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِى الْجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ رَسُولُ اللهِ r يَصُومُهُ.
“Dulu kaum Quraisy biasa bershaum hari ‘Asyura pada masa jahiliyyah. Dan Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam juga terbiasa bershaum pada hari tersebut (yakni sebelum beliau berhijrah ke Madinah).” [HR. Al-Bukhâri 2002, Muslim 1125]
Ketika Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam telah berhijrah dan tiba di Madinah, beliau mendapati Yahudi Madinah ternyata juga bershaum pada hari tersebut. Maka beliau bertanya kepada mereka. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh shahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu’anhuma :
أَنَّ رَسُولَ اللهِ r قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللهِ r « مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى تَصُومُونَهُ ». فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ r : « فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ ». فَصَامَهُ رَسُولُ اللهِ r وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.
Bahwa Nabi shalallahu’alaihi wa sallam ketika tiba di Madinah, beliau mendapat Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura. Maka beliau bertanya (kepada mereka) : “Hari apakah ini yang kalian bershaum padanya?” Maka mereka menjawab : “Ini merupakan hari yang agung, yaitu pada hari tersebut Allah menyelamatkan Musa beserta kaumnya dan menenggelamkan Fir’aun bersama kaumnya. Maka Musa bershaum pada hari tersebut dalam rangka bersyukur (kepada Allah). Maka kami pun bershaum pada hari tersebut” Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.” Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bershaum pada hari tersebut dan memerintahkan (para shahabat) untuk bershaum pada hari tersebut. [HR. Al-Bukhari 2004, 3397, 3943, 4680, 4737. Muslim 1130]
Maka awal setiba beliau di Madinah, beliau memerintahkan para shahabatnya untuk melaksanakan shaum pada hari ‘Asyura. Bahkan menjadi shaum wajib bagi kaum muslimin. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu’anha :
كَانَ رَسُولُ اللهِ r أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ ، وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
“Dulu Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam memerintahkan (para shahabat) untuk bershaum pada hari ‘Asyura. Namun ketika diwajibkan shaum Ramadhan, maka jadilah bagi siapa yang mau boleh bershaum (’Asyura`) dan barangsiapa yang mau boleh juga tidak bershaum.” [Al-Bukhari 2001, Muslim 1125]
Kewajiban tersebut diperkuat dengan adanya seruan umum atas perintah Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam , sebagaimana dikisahkan oleh Salamah bin Al-Akwa’ radhiyallahu’anhu :
أَمَرَ النَّبِىُّ r رَجُلاً مِنْ أَسْلَمَ أَنْ أَذِّنْ فِى النَّاسِ « أَنَّ مَنْ كَانَ أَكَلَ فَلْيَصُمْ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ ، وَمَنْ لَمْ يَكُنْ أَكَلَ فَلْيَصُمْ ، فَإِنَّ الْيَوْمَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ »
Nabi shalallahu’alaihi wa sallam memerintahkan seseorang dari Aslam untuk mengumumkan kepada manusia : “Bahwa barangsiapa yang telah terlanjur makan, maka hendaknya ia bershaum pada sisa hari tersebut. Barangsiapa yang masih belum makan, hendaknya ia bershaum. Karena sesungguhnya hari ini adalah hari ‘Asyura` “. [HR. Al-Bukhari 2007, Muslim 1135]
Demikianlah, pada awal mula hijriah shaum ‘Asyura` merupakan kewajiban atas kaum muslimin.
Namun kemudian kewajiban tersebut dihapus dengan turunnya perintah shaum Ramadhan. Hal ini berdasarkan penegasan shahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma :
صَامَ النَّبِىُّ r عَاشُورَاءَ ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ . فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تُرِكَ
“Nabi shalallahu’alaihi wa sallam melaksanakan shaum ‘Asyura, dan memerintahkan (para shahabat) untuk bershaum juga pada hari tersebut. Namun ketika shaum Ramadhan diwajibkan, maka (shaum ‘Asyura) ditinggalkan.” [HR. Al-Bukhari no. 1892]
Juga sebagaimana penuturan ‘Aisyah radhiyallahu’anha :
فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ كَانَ رَمَضَانُ الْفَرِيضَةَ، وَتُرِكَ عَاشُورَاءُ ، فَكَانَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ ، وَمَنْ شَاءَ لَمْ يَصُمْهُ
“Ketika turun perintah shaum Ramadhan, maka shaum Ramadhan menjadi kewajiban, dan ditinggalkanlah (kewajiban) shaum ‘Asyura`. Jadinya barangsiapa yang mau boleh bershaum pada hari tersebut dan barangsiapa yang mau boleh tidak bershaum pada hari tersebut” [HR. Al-Bukhari 4504]
Maka dihapuslah kewajiban shaum ‘Asyura`, dan hukumnya berubah menjadi mustahab (tidak wajib).
Namun dalam pelaksanaanya, Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam tidak suka kalau hanya dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram saja. Beliau menginginkan untuk berbeda dan menyelisihi kaum Yahudi yang juga punya kebiasaan bershaum ‘Asyura`. Maka beliau menginginkan untuk melaksanakannya pada tanggal 9 dan 10 Muharram.
Hal ini sebagaimana dituturkan oleh shahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu’anhuma :
حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ r يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r « فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ - إِنْ شَاءَ اللهُ - صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ».
قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللهِ r.
Ketika Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bershaum pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk bershaum pada hari itu, para shahabat shahabat berkata : “Itu adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashara.” Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Bila tiba tahun depan Insya Allah kita (juga) akan bershaum pada hari ke-9 (bulan Muharram).”
Ibnu ‘Abbas berkata : Namun belum sampai tahun depan kecuali Nabi shalallahu’alaihi wa sallam telah wafat terlebih dahulu. [HR. Muslim no. 1134]
Oleh karena itu shahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu’anhuma menegaskan :
صُومُوا التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ.
“Bershaumlah pada hari ke-9 dan ke-10, selisihilah kaum Yahudi!” [HR. ‘Abdurrazzaq dalam Mushannaf - nya 7839, Al-Baihaqi IV/287. Diriwayatkan juga oleh At-Tirmidzi dalam Sunan-nya di bawah hadits no. 755]
Dalam riwayat lain, disebutkan agar bershaum pada tanggal 9 dan 10, atau 10 dan 11, atau 9, 10, 11.
« صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْماً أَوْ بَعْدَهُ يَوْماً »
“Bershaumlah kalian pada hari ‘Asyura, dan selisihilah kaum Yahudi. Bershaumlah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.” [HR. Ahmad 1/241, Ibnu Khuzaimah 2095]
Berarti shaum dilaksanakan tanggal 9 dan 10 Muharram, atau 10 dan 11 Muharram
Dalam riwayat lain dengan lafazh :
« صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا وَبَعْدَهُ يَوْمًا »
“Bershaumlah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya.” [HR. Al-Baihaq IV/287]
Berarti shaum dilaksanakan tanggal 9, 10, dan 11 Muharram.
Namun tentang kedudukan hadits tersebut, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah menyatakan bahwa sanadnya dha’if (lemah). Karena adanya perawi yang lemah, yaitu Ibnu Abi Laila. Dia adalah perawi yang jelek hafalannya. Ibnu Abi Laila yang jelek hafalannya ini meriwayatkan hadits tersebut secara marfu’ (sampai kepada Nabi), yang riwayatnya tersebut berbeda dengan riwayat perawi lain yang lebih kuat hafalannya, yaitu ‘Atha` dan lainnya, yang mereka meriwayatkan hadits tersebut secara mauquf (hanya ucapan) shahabat Ibnu ‘Abbas. Riwayat yang mauquf ini shahih sebagaimana diriwayatkan oleh Ath-Thahawi dan Al-Baihaqi. Demikian penjelasan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ta’liq Shahih Ibni Khuzaimah no. 2095.
Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah berkata :
“Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam mensyari’atkan kepada kita untuk bershaum sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.
- bershaum pada hari ke-9 dan ke-10 ini yang paling utama.
- kalau bershaum pada hari ke-10 dan 11 maka itu sudah mencukupi, karena (dengan cara itu sudah) menyelisihi Yahudi.
- kalau bershaum semuanya bersama hari ke-10 (yaitu 9, 10, dan 11) maka tidak mengapa. Berdasarkan sebagian riwayat : “Bershaumlah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya.”
- adapun bershaum pada hari ke-10 saja maka makruh.”
[Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah XV/403, fatwa no. 158]
Jadi, yang paling utama adalah shaum hari ke-9 dan ke-10.
Namun, para ‘ulama lainnya ada yang berpendapat bahwa yang paling utama adalah bershaum tiga hari, yaitu 9, 10, dan 11 Muharram. Ini merupakan pendapat Ibnul Qayyim (dalam Zadul Ma’ad II/76) dan Al-Hafizh (dalam Fathul Bari).
Pendapat ini dikuatkan pula oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah. Beliau berkata :
“Shaum ‘Asyura` memiliki empat tingkatan :
Tingkat Pertama : bershaum pada tanggal 9, 10, dan 11. Ini merupakan tingkatan tertinggi. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad : Bershaumlah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya. Selisihilah kaum Yahudi.” Dan karena seorang jika ia bershaum (pada) 3 hari (tersebut), maka ia sekaligus memperoleh keutamaan shaum 3 hari setiap bulan.
Tingkat Kedua : bershaum pada tanggal 9 dan 10. Berdasarkan sabda Nabi shalallahu’alaihi wa sallam : “Kalau saya hidup sampai tahun depan, niscaya aku bershaum pada hari ke-9.” Ini beliau ucapkan ketika disampaikan kepada beliau bahwa kaum Yahudi juga bershaum pada hari ke-10, dan beliau suka untuk berbeda dengan kaum Yahudi, bahkan dengan semua orang kafir.
Tingkat Ketiga : bershaum pada tanggal 10 dan 11.
Tingkat Keempat : bershaum pada tanggal 10 saja. Di antara ‘ulama ada yang berpendapat hukumnya mubah, namun ada juga yang berpendapat hukumnya makruh.
Yang berpendapat hukumnya mubah berdalil dengan keumuman sabda Nabi shalallahu’alaihi wa sallam ketika beliau ditanya tentang shaum ‘Asyura`, maka beliau menjawab “Saya berharap kepada Allah bahwa shaum tersebut menghapuskan dosa setahun sebelumnya.” Beliau tidak menyebutkan hari ke-9.
Sementara yang berpendapat hukumnya makruh berdalil dengan sabda Nabi shalallahu’alaihi wa sallam : “Selisihilah kaum Yahudi. Bershaumlah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.” Dalam lafazh lain, “Bershaumlah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya.” Sabda beliau ini berkonsekuensi wajibnya menambahkan satu hari dalam rangka menyelisihi (kaum Yahudi), atau minimalnya menunjukkan makruh menyendirikan shaum pada hari itu (hari ke-10) saja. Pendapat yang menyatakan makruh menyendirikan shaum pada hari itu saja merupakan pendapat yang kuat.”
[Liqa`at Babil Maftuh]
Sementara itu, ketika Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhutsil ‘Ilmiyyah wal Ifta`ditanya apakah boleh melaksanakan shaum ‘Asyura` satu hari saja? Maka lembaga tersebut menjawab :
“Boleh melaksanakan shaum hari ‘Asyura` satu hari saja. Namun yang afdhal (lebih utama) adalah bershaum sehari sebelumnya atau sehari setelahnya. Ini merupakan sunnah yang pasti dari Nabi shalallahu’alaihi wa sallam berdasarkan sabda beliau “Kalau saya masih hidup hingga tahun depan, niscaya aku akan bershaum pada hari ke-9.” Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata : “Yakni bersama hari ke-10.”
Wabillahit Taufiq. Washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa Shahbihi wa Sallam.
Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhutsil ‘Ilmiyyah wal Ifta`
Anggota : ‘Abdullah bin Ghudayyan
Wakil Ketua : ‘Abdurrazzaq ‘Afifi
Ketua : ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz
[dari Fatwa Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhutsil ‘Ilmiyyah wal Ifta` X/401, fatwa no. 13.700]
(Dikutip dari artikel berjudul asli "SHAUM ‘ÂSYÛRÂ`". Sumber url http://www.assalafy.org/mahad/?p=294#more-294)
Musibah di Palestina
Sebetulnya gimana sih nasehat/fatwa ulama tentang musibah di palestina ini....?
Untuk lebih lengkapnya, silahkan baca di sini
UAS SO (5 Januari 2009)
Hari/tanggal : Senin/5 Januari 2009
Sifat Ujian : Closed Book
Dosen Penguji : Retantyo Wardoyo
1. Bandingkan kelebihan dan kekurangan sistem tight couplrf dan loose coupled
2. Apakah manfaat sistem layered dalam struktur sistem operasi>
3. Bagaimanakag penggunaan PCB dalam switching dari satu proses ke proses lain?
4. Dalam Sistem Operasi IBM OS/360, bagaimana sistem operasi mengeksekusi program dalam hal CPU scheduling dan manajemen memori?
5. Beberapa program akan dieksekusi dengan urutan sebagai berikut:
Program Ukuran Waktu Suplai Kegiatan
P1 300Kb 0 P(7) - I(10) - P(8)
P2 500Kb 2 P(4) - O(8) - P(10)
P3 450Kb 5 P(5) - I(15) - P(3) - O(5) - P(4)
P4 200Kb 6 P(12)
P5 350Kb 8 P(8) - I(10) - P(5)
Friday, January 02, 2009
Ngenet di Masjid
Wednesday, November 12, 2008
Mid Semester S2 UGM 2008
Hari Pertama materinya Sistem Operasi, mulai jam 8 pagi. Alhamdulillah saya sempat membaca materi mulai jam 6 pagi itu. Ujian Close Book, alhamdulillah saya tidak bisa mengerjakan dengan maksimal.
Hari kedua materinya Manajemen dan Sistem Informasi. Karena ada informasi open book, maka saya sudah mempersiapkan untuk mencetak slide dari materi yang pernah disampaikan sama Bu Susi. Alhamdulillah saya bisa mengerjakan ujian dengan kondisi seadanya. Di soal terakhir diminta mengomentari tugas yang dikumpulkan, padahal saya hanya copy paste dari internet, dan saya kasih sumbernya. tapi saya ga membaca artikelnya kecuali hanya sekilas. Al Hasil saya pun mengomentari dengan seadanya yang ada di pikiran aja.
Hari Ketiga materinya Keamanan Jaringan. Ada informasi, materi yang diujikan Pak Jazi, sifat ujiannya Open Book dan Notebook ON. Beneran... ternyata Notebook ON, maka dengan enaknya saya cari jawaban sambil browsing di internet. Moga aja bisa jadi harapan. Saya pun udah siap kamus komputer sama kampus Hacker. Masalahnya ada info juga kalo pak Jazi suka ngasih soal mengenai istilah-istilah yang berkaitan dengan materi. Bener juga... tapi karena Notebook ON, ya akhirnya kamus ga dipake. Lha wong di Internet aja juga udah tersedia kok :)
Hari kamis, hari keempat, materinya Kecerdasan Buatan dan Model Pemikiran. Sifat Ujian Open Catatan. Tapi Materi catatan saya cuma dikit, slide juga terbatas. Ada pertanyaan mengenai test Turing??? Apa itu ya...? Karena saya belum tahu, makanya saya SMS temen yang ngajar AI di El Rahma. Eh.. karena SMS saya hanya "Test Turing apa?", temenku malah ga paham maksudnya. Akhirnya ... ya aku jawab sebisanya aja dan hanya mengarang indah saja. Moga aja Allah SWT memberikan keajaiban seperti yang biasa saya alami :)
Hari jumat merupakan hari terakhir. Materi ujiannya Logika samar. Sifat Ujian Open Catatan Juga. Dosennya Pak RTW (Pak Retantyo Wardoyo). Semester ini saya ngambil 5 mata kuliah, 3 mata kuliah sama pak RTW. Sampe2 diapalin sama pak RT:). Di hari terakhir ini pun saya ga bisa mengerjakan dengan baik. Tapi ya ku coba untuk menjawab semampunya. 7 menit sebelum waktu habis, adzan berkumandang. Ketika Adzan hampir selesai, listrik padam. Allah SWT ternyata menampakkan kekuasaanya dengan adanya Angin yang sangat kencang dan Hujan deras. Ya... Waktu itu Angin puting beliung menyerang UGM.
Genteng Atap Gedung SIC banyak yang pecah, sehingga Air masuk ke ruangan, ruangan di Lantai 2 banjir. Alhamdulillah kaca2 jendela tidak pecah, waktu itu saya lagi di dekat kaca jendela Sebelah belakang ruang SIC-301. Moga aja selain Allah SWT menunjukan kebesaran dan kekuasaanNya dengan adanya angin puting beliung, Allah memberikan keajaiban dengan hasil mid semesterku..... :)
Friday, October 24, 2008
Overview of PHP Data Types and Concepts
by just one man, Ramsus Lerdorf. Originally dubbed Personal Home Page Tools, PHP quickly
evolved over the years from the basic scripting engine for a personal website into a highly
competitive, extremely robust code engine that is deployed on millions of websites across
the globe. PHP’s fast, effective engine; its widespread, open-source developer base; and its
platform flexibility have all come together to create one of the world’s most effective online
scripting languages.
Throughout the years PHP has continued to improve on its foundations, providing
increased functionality and scalability. Because of PHP’s standard of listening to the community,
fresh functionality is consistently added to every new release, allowing for more versatile code and upgrades to its already substantial library of built-in methods. For years, people have been using the PHP 4 series of code to create robust and powerful applications.
There is always room for improvement, however. Although PHP 4 is considered to be an
object-oriented programming (OOP) language, the class functionality found within it was not
entirely as flexible as some developers wanted it to be. Older OOP languages that have had
more time to grow have some strong functionality that PHP simply was not able to roll out in
its PHP 4 releases.
But that was then, and this is now. A very exciting occasion occurred for PHP developers
everywhere on July 13, 2004: PHP released its long-anticipated version 5. Sporting a new
object model powered by the already superb Zend II engine, PHP was ready to bring OOP
to a new level with this release.
On top of new, more powerful class structures and functionality, PHP 5 has introduced
many exciting features, some of which the community has been clamoring about for ages.
Say “hello (world)” to proper exception handling; new, simple-to-implement XML support;
more verbose Simple Object Access Protocol (SOAP) functionality for web services; and much,
much more.
This book will provide you with highly versatile recipes for improving and expanding
things with the new PHP 5 release. However, before we dive into that, in this chapter we will
give you a simple overview of what PHP can do, what is new with PHP 5, and how you can
apply these new concepts.
1-1.Variables
Variables in PHP are handled somewhat differently than in other similar programming languages.
Rather than forcing the developer to assign a given variable a data type and then
assign a value to it (as in languages such as C++ and Java), PHP automatically assigns a data
type to a variable when a value is allocated to it. This makes PHP rather simple to use when
declaring variables and inputting values into them.
PHP variables, of course, follow a certain set of rules. All variables must begin with $ and
must be immediately followed by a letter or an underscore. Variables in PHP are indeed casesensitive
and can contain any number of letters, numbers, or underscores after the initial $
and first letter or underscore.
Although initially variables in PHP were always assigned by value, since the PHP 4 release
(and including PHP 5), you can now assign variables by reference. This means you can create
something of an alias to a variable that will change the original value if you modify the alias.
This is quite different from value-assigned variables that are essentially copies of the original.
The following example shows a couple blocks of code to give you a good handle on PHP 5
variable functionality.
The Code
//sample1_1.php
//A properly set-up PHP variable.
$myvar = 0;
//An improper PHP variable.
//$1myvar = 0;
$yourvar = "This is my value
";
//An example of assigning variables by value.
$myvar = $yourvar;
//If we were to change it.
$myvar = "This is now my value.
";
echo $yourvar; //Echoes This is my value
//An example of assigning a variable by reference.
$myvar = &$yourvar;
$myvar = "This is now my value.
";
echo $yourvar; //Echoes This is now my value.
?>
This is my value
This is now my value.
How It Works
Using superglobals has taken precedent while people slowly migrate their code from the old,
variable-based method (which requires register_globals to be set to on in the php.ini file) to
the new superglobal array method (which does not require register_globals to be set to on).
Basically, rather than using the old method of gathering data from places such as cookies, sessions,
and form variables, PHP 5 is moving its focus toward the concept of superglobals. A few
custom PHP globals can gather information from different sources. By using these superglobals,
a developer can keep order within a script by knowing and managing exactly where a
variable has come from or will be going to. Considered largely more secure because you can
build code to tell exactly where variables are coming from, rather than just accepting a variable
at face value, superglobals are becoming the standard.
The default configuration for PHP 5 insists that the register_globals value be set to off.
This means you have to put a little more thought into your code. Rather than just receiving a
value and running with it, you must specify to PHP where the value is coming from and potentially
where you are going to put it. The following is an example of some superglobals in
action:
//Rather than accepting a value from a form like this:
$formvar = $formvar;
//Or like this:
$formvar = $HTTP_POST_VARS['formvar'];
//The new, way to receive a form var is as such:
$formvar = $_POST['formvar'];
?>
Similarly, get variables, session variables, cookies, files, and a few others are now handled
in much the same way. Consider this example with sessions that will check for a valid login:
if ($_SESSION['loggedin']){
echo "Proper login";
} else {
echo "You are not logged in.";
}
?>
By knowing exactly where your data has come from, you can prevent malicious people
from inserting false code into your premade scripts through, say, the address bar.
To get a full understanding of PHP 5 and its variable system, please see Chapter 10 by
Frank M. Kromann, where he will cover the wide world of variables in depth.
Source : PHP5 Recipes A Problem Solution Approach
Wednesday, October 15, 2008
Bertanya Yang Perlu Saja
Walah, pertanyaan apa lagi ini. Ngapain nanya2 kayak gitu sih :(. Yang penting kita kan hidup di dunia Beribadah sama Allah saja dengan baik dan benar. Selain itu juga memperbanyak amal ibadah dengan ikhlas dan benar sesuai yang dituntunkan oleh Rasulullah saw... Nah itu semua untuk mempersiapkan hidup di akhirat. Masalah di surga Apakah masih shalat ato tidak itu kan urusan nanti. Lha wong belum tentu kita bisa masuk surga kok ('Naudzubillahi Min Dzalik. Harapannya sih kita bisa masuk surga n jangan sampe masuk neraka. Allaahumma Innii As alukal Jannah, Wa A'udzubika Minan Naar)
Ya dah nanti aku tanya lagi sama yang lebih tau. Setelah nanya lagi sama Pak Irfan (Lha yang sering ketemu n bisa lagi enak ditanya pak Irfan kok :) ), Pak Irfan pun menjawab : "Biasanya kalo orang suka nanya/memikirkan yang aneh-aneh yang tidak penting, maka dia akan lupa dengan hal-hal/perkara2 yang lebih penting" (Ya intinya gitu lah, klo kata2/redaksinya sih mungkin ga kayak gitu).
Setelah dapet jawaban, aku sms ke pak Dhe. isinya begini : "Assalaamualaikum, janganlah tll memikirkan sesuatu yg aneh n g penting. kawatirnya nanti akanmlupakan hal2 yg pnting.janganlah spt kaum nabi musa yg tll bany bertanya. hampir2 mereka celaka krn tll bny bertny".
Ya masalahnya aku inget dengan ayat dalam Al Quran yang baru saja saya coba hapalkan, yang artinya : "Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil."
Mereka menjawab: " Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu."
Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."
Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)."
Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya." Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu
(AlBaqarah : 67-71)
Eh... Pak Dhe mbales smsku : "Akal akan hidup dg tanya. Tanpa tanya, akal mandeg. Yang ada 'ketundukan'. Tanya sekedar wawasan, tanpa melupakan n meninggalkan syariat. Wallahua'lam".
Waduh, gimana ini. Aku jawab lagi : "Bertanya baik, tapi yang penting2 aja. Allah dlm Al Quran menyuruh qta bertanya klo tdk tau. tpi juga memberi contoh dg suatu kaum yg bny bertany dg sesuatu yg tdk prl" (seperti ayat di atas)
Waktu nulis sms tu, aku juga ingat ayat Al Quran yg menyebutkan :"maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (An Nahl : 43).
Nah..., klo menurut temen2 gimana ya.....? :)
Allah dan Al Quran Tidak Adil terhadap Wanita???
Waduh, aku pun bingung. Aku mencoba menjawab secara singkat. Oo, nggak seperti itu. Allah itu Maha Adil, nggak mungkin dong Allah yang Maha Adil hanya akan memberi balasan yang lebih sama orang laki2 saja. Tapi untuk jelasnya, nanti saya coba nanya sama yang lebih tahu. Maka aku pun bertanya sama Pak irfan (Dosen Agama di STMIK El Rahma), selain itu juga nyari artikel di Internet. Nah... akhirnya aku dapet artikel ini nih..., baca baik2 ya....:)
Tanya:
Jika seorang wanita yang shalihah masuk surga namun suaminya tidak masuk surga, apakah ia akan menikah dengan ‘bidadara’?
Jawab:
Untuk menjawab pertanyaan di atas, saya akan nukilkan fatwa salah seorang ulama terkemuka di zaman ini, Syaikh al-’Utsaymīn.
Syaikh Muhammad al-’Utsaymīn pernah ditanya, “Jika seorang wanita dari kalangan ahli surga belum pernah menikah di dunia, atau ia menikah namun suaminya tidak masuk surga, maka siapakah yang akan bersama wanita itu (di surga)?”
Beliau menjawab, “Jawaban atas pertanyaan ini dapat diambil dari keumuman firman Allah Ta’ālā:
وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلاً مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيم
“Dan bagi kamu di dalamnya (akhirat) apa yang kamu inginkan dan bagi kamu (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushshilat [41]: 31-32)
Sumber :http://tanyasyariah.wordpress.com/2007/10/05/bidadara-bagi-wanita-penghuni-surga/
Untuk lebih lengkapnya silahkan baca artikelnya di sini
Tanya:
Jika seorang wanita shalihah yang sempat menikah dua kali semasa di dunia masuk surga, dan ternyata kedua suaminya pun masuk surga, maka siapakah yang akan bersama wanita tersebut?
Jawab:
Apabila wanita tersebut pernah memiliki memiliki lebih dari satu suami di dunia, dan hanya satu dari suaminya yang masuk surga, maka wanita itu akan bersama suaminya yang masuk surga. Namun, bagaimana sekiranya seluruh suaminya masuk surga? Sependek pengetahuan kami, setidaknya terdapat dua pendapat di kalangan ulama dalam hal ini:
Pendapat Pertama: Wanita Tersebut Memilih Suami yang Dikehendakinya
Pendapat Kedua: Wanita Tersebut Bersama Suaminya yang Terakhir
Sumber: http://tanyasyariah.wordpress.com/2007/10/05/jika-dua-suami-masuk-surga-istri-dengan-siapa/
Untuk lebih lengkapnya silahkan baca artikelnya di sini
'Aid / Kembali Berbagi dengan Blog :)
Setelah lama sekali (sekitar 2 tahun) meninggalkan blog ini, akhirnya aku pingin kembali lagi berkumpul sama-sama temen tuk saling berbagi cerita, pengalaman, ilmu, ato apa ajalah yang penting baik. (Klo saya sih blum bisa ngasih banyak, tapi mungkin saya akan mencoba menuliskan apa yang saya dapat, n klo ada salah, ya mohon koreksi dari temen2 smua:) ). Ya harap maklum... masalahnya ilmunya masih dikit sekali.
Dalam masa-masa bulan syawal ini, biasanya orang saling mengucapkan Minal 'Aidin Wal Faizin yang artinya kalo ga salah Intinya kembali menuju kemenangan. Nah dari istilah kembali ini, dengan semangat "kembali menuju kemenangan" Insya Allah, saya pingin untuk kembali menulis di blog lagi.
Wednesday, February 15, 2006
Jadikan Istirahatmu Bernilai di Sisi Allah
Hidup memang sebuah pengorbanan dan perjuangan. Berjuang dan berkorban adalah sesuatu yang melelahkan dan memberatkan, dan ketika lelah tentu butuh ketenangan dan istirahat. Namun tidak semua orang bisa dengan mudah mendapatkan ini semua. Ada yang hanya bisa beristirahat satu atau dua jam saja setiap harinya. Hidupnya dipenuhi dengan aktivitas dan kesibukan yang luar biasa. Sehingga, kesempatan beristirahat merupakan sebuah kenikmatan dan kasih sayang Allah k yang mesti kita syukuri.
Namun di masa kini, manusia dihadapkan pada pola hidup yang menuhankan materi. Hidup di dunia seolah-olah hanya untuk mencari uang atau materi. Manusia diposisikan sebagai alat produksi yang senantiasa dituntut produktif. Dengan kata lain, segala aktivitas harus ada timbal baliknya secara materi. Pekerjaan adalah no. 1, sementara keharmonisan keluarga, interaksi sosial dengan masyarakat, adalah nomor kesekian. Walhasil, manusia pun tak ubahnya seperti robot. Ini jelas menyelisihi fitrah manusia. Allah k menjelaskan di dalam Al-Qur`an:
وَخُلِقَ اْلإِنْسَانُ ضَعِيْفًا
“Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” (An-Nisa`: 28)
As-Sa’di t mengatakan: “(Allah k menginginkan atas kalian keringanan) artinya kemudahan dalam segala perintah dan larangan-Nya atas kalian. Kemudian bila kalian menjumpai kesulitan dalam beragama maka Allah k telah menghalalkan bagi kalian sesuatu yang kalian butuhkan seperti bangkai, darah dan selain keduanya bagi orang yang mudhthar1, dan seperti bolehnya bagi orang yang merdeka menikahi budak wanita dengan syarat di atas. Hal ini sebagai bukti sempurnanya kasih sayang Allah k, kebaikan yang mencakup ilmu dan hikmah-Nya atas kelemahan manusia (yaitu kelemahan) dari semua sisi. Lemah tubuh, lemah niat, lemah kehendak, lemah keinginan, lemah iman, dan lemah kesabaran. Berdasarkan semua ini sangat sesuai jika Allah k meringankan atas mereka perkara yang dia tidak sanggup untuk melakukannya dan segala apa yang tidak sanggup dipenuhi oleh keimanannya, kesabaran, dan kekuatan dirinya.”
Dan karena kelemahan itu, Allah Maha Bijaksana di dalam menentukan waktu kehidupan bagi mereka. Allah k menjadikan malam dan siang memiliki hikmah tersendiri. Dan adanya malam dan siang itu menunjukkan kasih sayang Allah k terhadap hamba-hamba-Nya dan manakah dari hamba-Nya yang mau mensyukurinya?
Allah k berfirman:
فَالِقُ اْلإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ
“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al-An’am: 98)
هُوَالَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيْهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ فِيْ ذَلِكَ لآيَاتِ لِقَوْمِ يَسْمَعُوْنَ
“Dialah yang telah menjadikan malam bagi kalian supaya kalian beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kalian mencari karunia Allah k). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah k) bagi orang-orang yang mendengar.” (Yunus: 67)
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُوْرًا
“Dialah yang menjadikan untuk kalian malam sebagai pakaian dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.” (Al-Furqan: 47)
وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan karena rahmat-Nya Dia jadikan untuk kalian malam dan siang, supaya kalian beristirahat pada malam itu dan supaya kalian mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kalian bersyukur kepada-Nya.” (Al-Qashash: 73)
Dan masih banyak lagi ayat yang semakna dengan di atas. Semuanya menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah k terhadap hamba-hamba-Nya dan bahwa Allah k telah melimpahkan kepada mereka segala yang mereka butuhkan dalam pengabdian dan ibadah kepada Allah k. Namun mengapa kebanyakan manusia ingkar kepada-Nya?
Dan kita semua berkeinginan agar tidur sebagai salah satu bentuk istirahat bukan hanya sebagai ketundukan kepada sunnatullah semata. Kita juga ingin agar tidur kita mendapatkan nilai ibadah tambahan dari sisi Allah k. Allah k melalui lisan Rasul-Nya Muhammad n telah mengajarkan kepada kita beberapa adab di dalam tidur.
Berwudhu Sebelum Tidur
Termasuk Sunnah Rasulullah n adalah berwudhu sebelum tidur. Hal ini bertujuan agar setiap muslim bermalam dalam keadaan suci, sehingga bila ajalnya datang menjemput diapun dalam keadaan suci. Dan sunnah ini menggambarkan bentuk kesiapan seorang muslim untuk memenuhi panggilan kematian dalam keadaan suci hatinya. Dan jelas bahwa kesucian hati lebih diutamakan daripada kesucian badan. Dan sunnah ini juga akan mengarahkan pada mimpi yang baik dan menjauhkan diri dari permainan setan yang akan menimpanya. (Lih. Fathul Bari, 11/125 dan Syarah Shahih Muslim, 9/32)
Tentang sunnah ini, Rasulullah n telah menjelaskan dalam sabda beliau:
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوْئَكَ لِلصَّلاَةِ...
Dari Al-Bara` bin ‘Azib z, berkata: “Rasulullah n bersabda kepadaku: ‘Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah kamu sebagaimana wudhumu untuk shalat.”2
Al-Imam Al-Bukhari di dalam Shahih beliau menulis sebuah bab: “Apabila Bermalam (Tidur) dalam Keadaan Suci”. Al-Hafizh Ibnu Hajar t mengatakan: “Sungguh terdapat hadits-hadits yang menjelaskan makna ini yang tidak memenuhi syarat Al-Bukhari dalam Shahih-nya, di antaranya hadits Mu’adz z:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَبِيْتُ عَلَى ذِكْرٍ طَاهِرًا فَيَتَعَارُُُّ مِنَ اللَّيْلِ فَيَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ
“Tidaklah seorang muslim tidur di malam hari dengan berdzikir dan dalam keadaan suci, kemudian dia terbangun dari tidurnya di malam hari kemudian dia meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat melainkan Allah akan memberikan itu kepadanya.”3 (lih. Fathul Bari, 11/124)
Dan beliau mengatakan: “Perintah (untuk berwudhu di sini) adalah sunnah (bukan wajib).” Beliau mengatakan juga: “At-Tirmidzi mengatakan: ‘Tidak ada di dalam hadits-hadits penyebutan wudhu ketika tidur melainkan di dalam hadits ini’.” (lih. Fathul Bari, 11/125)
Al-Imam An-Nawawi mengatakan: “Di dalam hadits ini terdapat tiga sunnah yang penting, namun bukan wajib. Salah satu di antaranya adalah berwudhu ketika ingin tidur. Dan bila dia dalam keadaan berwudhu maka cukup baginya (dalam melaksanakan sunnah tersebut) karena yang dimaksud adalah (tidur) dalam keadaan suci.” (Syarah Shahih Muslim, 9/32)
Demikianlah sunnah yang tidak ditinggalkan oleh Rasulullah n ketika hendak tidur, yang semestinya kita sebagai muslim memperhatikannya. Abdullah bin ‘Abbas c bercerita:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَقَضَى حَاجَتَهُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ثُمَّ نَامَ
“Bahwa Rasulullah n terjaga di suatu malam lalu beliau menunaikan hajatnya dan kemudian membasuh wajah dan tangannya lalu tidur.”4
Mengibas (Membersihkan) Tempat Tidurnya
Satu dari sekian sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah n berkaitan dengan adab tidur adalah mengibas tempat tidur. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi sesuatu yang membahayakan diri seperti binatang berbisa, baik ular, kalajengking, dan sebagainya. Ini dilakukan tidak dengan tangan langsung, supaya terhindar dari sesuatu yang mengotori sekiranya terdapat najis atau kotoran. (Lih. Syarah Shahih Muslim, 9/38 dan Fathul Bari, 11/143)
Rasulullah n bersabda:
إِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فَلْيَنْفُضُ فِرَاشَهُ بِدَاخِلَةِ إِزَارِهِ فَإِنَّهُ لاَيَدْرِي مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ
“Apabila salah seorang dari kalian beranjak menuju tempat tidurnya maka hendaklah dia mengibas (membersihkan) tempat tidurnya karena dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi kemudian.”5
فَإِنَّهُ لاَيَدْرِي مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ
“Dia tidak mengetahui apa yang terjadi kemudian” artinya, kata Al-Imam At-Thibi: “Dia tidak mengetahui apa yang akan terjatuh di ranjangnya berupa tanah, kotoran, atau serangga bila dia meninggalkannya.” (Fathul Bari, 11/144)
Ibnu Baththal mengatakan: “Di dalam hadits ini terdapat adab yang besar dan telah disebutkan hikmahnya dalam hadits, yaitu dikhawatirkan sebagian serangga yang berbahaya bermalam di tempat tidurnya dan mengganggunya.
Al-Qurthubi mengatakan: “Diambil faedah dari hadits ini bahwa sepantasnya bagi orang yang akan tidur untuk mengibas tempat tidurnya karena dikhawatirkan terdapat sesuatu yang basah tersembunyi atau selainnya.”
Ibnul ‘Arabi mengatakan: “Di dalam hadits ini terdapat peringatan dan (anjuran) agar seseorang mengetahui sebab-sebab tertolaknya taqdir yang jelek. Dan hadits ini sama dengan hadits: “Ikatlah ontamu kemudian bertawakkal.” (lihat Fathul Bari, 11/144)
Tidur di Atas Lambung Sebelah Kanan
Kesempurnaan Islam adalah sebuah keistimewaan yang diberikan kepada umat Rasulullah n dan menunjukkan keutamaan mereka atas umat-umat terdahulu. Sungguh merugi bila akal, perasaan, adat istiadat, ajaran nenek moyang dijadikan sebagai hakim atas kesempurnaannya.
Segala perintah, larangan dan bimbingan yang ada di dalamnya adalah demi kemaslahatan manusia. Akan tetapi berapa banyak dari mereka yang mau menerima bimbingan? Yang ingkar lebih banyak daripada yang beriman, dan yang menentang lebih banyak daripada yang taat, dan yang menolak lebih banyak dari yang menerima.
Hikmah yang terkandung dalam bimbingan Rasulullah n untuk tidur di atas lambung kanan adalah lebih cepat untuk terjaga (bangun), jantung bergantung ke arah sebelah kanan sehingga tidak menjadi berat bila ketika tidur.
Ibnul Jauzi berkata: “Cara seperti ini sebagaimana telah dijelaskan ilmuwan-ilmuwan kedokteran sangat berfaedah bagi badan. Mereka mengatakan: ‘Mereka mengawali sesaat tidur di atas lambung sebelah kanan, kemudian di atas lambung sebelah kiri karena tertidur. (Dengan cara) pertama akan menurunkan makanan, dan tidur di atas lambung kiri akan menghancurkannya dan dikarenakan hati (terkait dengan pekerjaan) lambung.” (Lih. Fathul Bari, 11/115)
Rasulullah n bersabda:
ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ اْلأَيْمَنِ
“Lalu tidurlah di atas lambungmu yang kanan.”6
Meletakkan Tangan di Bawah Pipi
Tata cara ini dijelaskan oleh Hudzaifah ibnul Yaman c:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ مِنَ اللَّيْلِ وَضَعَ يَدَهُ تَحْتَ خَدِّهِ
“Adalah Rasulullah n apabila beliau tidur di malam hari, beliau meletakkan tangan beliau di bawah pipi.”7
Berdoa Sebelum Tidur
كَانَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ قَالَ: اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَحْيَا وَبِاسْمِكَ أَمُوتُ
“Rasulullah n apabila akan tidur beliau berdoa: ‘Ya Allah, dengan menyebut nama-Mu aku hidup dan dengan menyebut namamu aku mati (tidur).”8
Membaca Dzikir-dzikir Tidur
Dzikir-dzikir tidur yang ada dan shahih riwayatnya dari Rasulullah n sangatlah banyak, dan buku-buku yang ditulis dalam masalah ini bertebaran di tengah kaum muslimin. Di antara dzikir-dzikir tersebut adalah:
a. Membaca ta’awwudz dan meniup telapak tangan lalu mengusapkannya ke seluruh anggota tubuh.
Hal ini berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ نَفَثَ فِي يَدَيْهِ وَقَرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَمَسَحَ بِهِمَا جَسَدَهُ
“Adalah Rasulullah n apabila beliau akan tidur beliau meniup kedua tangan beliau dan membaca mu’awwidzat (ayat-ayat perlindungan) lalu mengusap dengan itu seluruh jasadnya.”9
Apa yang dimaksud dengan ayat-ayat perlindungan? Dan bagaimana tatacaranya yang dipraktekkan Rasulullah n?
Telah dijelaskan dalam riwayat Abu Dawud (no. 5057) tentang yang dimaksud dengan doa perlindungan dan tatacaranya, yaitu:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللهُ عَنْهَا، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيْهِمَا وَقَرَأَ فِيْهِمَا {قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ} وَ{قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ} وَ{قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ} ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ، يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
“Dari ‘Aisyah, bahwa Nabi n apabila menuju tempat pembaringan pada setiap malam, beliau menghimpun kedua telapak tangan beliau kemudian meniupnya dan membaca Qul Huwallahu Ahad dan Qul A’udzubirabbil Falaq dan Qul A’udzubi Rabbi An-Nas kemudian dia mengusap seluruh tubuh beliau, dan beliau memulai dari kepala kemudian wajah dan bagian depan jasad dan beliau lakukan hal itu tiga kali.”10
b. Membaca takbir, tahmid dan tasbih 33 kali.
Al-Imam Al-Bukhari v mengatakan:
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنِ الْحَكَمِ: سَمِعْتُ ابْنَ أَبِي لَيْلَى قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيٌّ أَنَّ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلاَمُ شَكَتْ مَا تَلْقَى مِنْ أَثَرِ الرَّحَا فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْيٌ. فَانْطَلَقَتْ فَلَمْ تَجِدْهُ فَوَجَدَتْ عَائِشَةَ فَأَخْبَرَتْهَا. فَلَمَّا جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ عَائِشَةُ بِمَجِيءِ فَاطِمَةَ، فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْنَا وَقَدْ أَخَذْنَا مَضَاجِعَنَا فَذَهَبْتُ لأَقُوْمَ فَقَالَ: عَلَى مَكَانِكُمَا. فَقَعَدَ بَيْنَنَا حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَ قَدَمَيْهِ عَلَى صَدْرِي، وَقَالَ: أَلاَ أُعَلِّمُكُمَا خَيْرًا مِمَّا سَأَلْتُمَانِي؟ إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا تُكَبِّرَا أَرْبَعًا وَثَلاَثِيْنَ وَتُسَبِّحَا ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَتَحْمَدَا ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ
Muhammad bin Basysyar telah bercerita kepadaku: Ghundar telah menceritakan kepada kami: Syu’bah telah menceritakan kepada kami dari Al-Hakam: Aku telah mendengar Ibnu Abi Laila berkata: “‘Ali telah menceritakan kepadaku bahwa Fathimah mengeluhkan apa yang beliau dapati (berupa bekas pada tangan beliau) karena menumbuk (tepung). Kemudian dibawakan kepada Nabi n seorang tawanan dan aku segera mendatangi Nabi n. Akan tetapi aku tidak menjumpainya dan beliau menjumpai ‘Aisyah lalu Fathimah menceritakan (hajatnya) kepada ‘Aisyah. Ketika Rasulullah n datang, ‘Aisyah memberitahukan tentang kedatangan Fathimah kemudian Rasulullah n mendatangi kami sedangkan kami telah tidur. Lalu aku berusaha bangun, beliau berkata: “Tetaplah kalian di tempat kalian.” Lalu beliau duduk di antara kami, dan aku (kata Fathimah) merasakan dingin kedua kaki beliau yang diletakkannya di atas dadaku dan beliau bersabda: “Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta kepadaku yaitu bila kalian akan tidur bertakbirlah 34 kali, bertasbih 33 kali, dan bertahmid 33 kali lebih baik bagi kalian dari pada memiliki pembantu (budak).”
c. Membaca doa di bawah ini:
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ نَامَ عَلَى شِقِّهِ اْلأَيْمَنِ ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ. وَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَالَهُنَّ ثُمَّ مَاتَ تَحْتَ لَيْلَتِهِ مَاتَ عَلَى الْفِطْرَةِ
Dari Al-Bara` bin ‘Azib, berkata: Adalah Rasulullah n apabila beliau menuju tempat pembaringan, beliau tidur di atas lambung sebelah kanan kemudian berdoa: “Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu dan aku hadapkan wajahku kepada-Mu dan aku serahkan semua urusanku kepada-Mu dan aku bentangkan punggungku di hadapan-Mu dengan penuh harapan dan rasa takut dari-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan (meminta) keselamatan melainkan kepada-Mu, aku beriman kepada kitab yang Engkau telah turunkan dan Nabi yang Engkau telah utus”, dan Rasulullah n bersabda: “Barangsiapa mengatakannya lalu dia meninggal pada malam itu maka dia meninggal di atas fitrah.”11
c. Membaca doa di bawah ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فَلْيَنْفُضْ فِرَاشَهُ بِدَاخِلَةِ إِزَارِهِ فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ، ثُمَّ يَقُولُ بِاسْمِكَ رَبِّ وَضَعْتُ جَنْبِي وَبِكَ أَرْفَعُهُ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَارْحَمْهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Dari Abu Hurairah z, berkata: “Rasulullah n bersabda: Apabila salah seorang dari kalian menuju tempat tidurnya, hendaklah dia mengibasnya dengan bagian dalam kainnya, karena dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi kemudian. Lalu dia berdoa: ‘Dengan menyebut nama-Mu wahai Rabb, aku meletakkan lambungku dan karena-Mu pula aku mengangkatnya dan jika Engkau mencabut ruhku maka rahmatilah dia, dan jika Engkau melepaskannya (untuk hidup) maka jagalah dia sebagaimana Engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang shalih’.”12
Wallahu a’lam.
1 Orang yang sangat membutuhkan dan bila dia tidak melakukannya niscaya akan binasa, seperti orang yang bepergian sementara bekalnya habis di perjalanan dan dia dalam keadaan sangat lapar yang dapat mengancam jiwanya (jika dibiarkan). Maka agama memperbolehkan memakan segala apa yang didapatinya seperti bangkai, darah, babi, anjing dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhannya di saat itu saja. Ibnu Atsir di dalam kitab An-Nihayah (3/83) menjelaskan: “Sesungguhnya dihalalkannya bangkai bagi orang yang mudhthar hanyalah sebatas memakan apa yang akan menutup laparnya di pagi atau malam dan tidak boleh menjadikannya bekal antara keduanya (mempersiapkan di pagi hari sampai malam, pent.)
2 HR. Al-Bukhari no. 6311 dan Muslim no. 2710
3 HR. Abu Dawud di dalam Sunan beliau no. 5042 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam kitab Shahih Sunan Abu Dawud no 5042, Al-Misykat no. 1215 dan di dalam kitab At-Ta’liq Ar-Raghib 1/207-208.
4 HR. Al-Bukhari no. 6316 dan Abu Dawud no. 5043 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam kitab Shahih Sunan Abu Dawud no. 4217.
5 HR. Al-Bukhari no. 6320 dan Muslim no. 2714
6 HR. Al-Bukhari no. 6311 dan Muslim no. 2710
7 HR. Al-Bukhari no. 6314
8 HR. Muslim (no. 2711) dan Ahmad (no.17862) dari shahabat Al-Bara’ bin ‘Azib z. Dari shahabat Hudzaifah ibnul Yaman c dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari (no.1324) dengan lafadz yang berbeda dengan lafadz Al-Imam Muslim:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ وَضَعَ يَدَهُ تَحْتَ خَدِّهِ ثُمَّ يُقُوْلُ: اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَمُوْتُ وَأَحْيَا
Dan yang semakna dengan hadits ini diriwayatkan dari shahabat Abu Dzar z, dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari (no. 6325).
9 HR. Al-Bukhari no. 6319, Muslim, Abu Dawud no. 5057, Ibnu Majah, dan Ahmad no. 23708 dari shahabat ‘Aisyah x.
10 Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam kitab Shahih Sunan Abu Dawud no. 4228
11 HR. Al-Imam Al-Bukhari no. 6315 dan Muslim no. 2710
12 HR. Al-Imam Al-Bukhari no. 6320 dan Muslim no. 2714, lafadz ini adalah lafadz Al-Bukhari
Manfaat Menahan Pandangan
Saudariku muslimah… semoga Allah k memberkahimu.
Dalam edisi yang lalu, kita telah mengetahui aturan syariat dalam masalah menahan pandangan mata. Berikut ini untuk menambah semangat dalam mengamalkan aturan syariat tersebut, kita nukilkan -secara ringkas- uraian yang diberikan oleh Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Asy-Syaikh Taqiyuddin Abu Bakr, yang lebih dikenal dengan Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah v, tentang manfaat menahan pandangan mata dalam kitabnya yang sangat bernilai Ad-Da`u wad Dawa`atau Al-Jawabul Kafi liman Sa`ala ‘anid Dawa`isy Syafi.
Pertama: Dengan menahan pandangan mata berarti berpegang dengan perintah Allah k yang merupakan puncak kebahagiaan seorang hamba dalam kehidupannya di dunia dan di akhirat.
Kedua: Menahan pandangan akan mencegah sampainya pengaruh panah beracun ke dalam qalbu1 seorang hamba.
Ketiga: Menahan pandangan akan mewariskan kedekatan seorang hamba dengan Allah k dan menyatukan qalbunya agar hanya tertuju kepada Allah k. Sebaliknya, mengumbar pandangan akan memecah belah qalbu dan mencerai-beraikannya.
Keempat: Menguatkan qalbu dan membahagiakannya. Sebaliknya, mengumbar pandangan akan melemahkan qalbu dan membuatnya sedih.
Kelima: Menahan pandangan akan menghasilkan cahaya bagi qalbu, sebagaimana mengumbar pandangan akan menggelapkan qalbu. Karena itulah setelah Allah k memerintahkan ghadhul bashar (menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan untuk melihatnya) dalam surah An-Nur (ayat 31 -red):
قُلْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوْجَهُمْ
“Katakanlah (wahai Nabi) kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka…”
Allah k ikutkan dengan firman-Nya:
اللهُ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ مَثَلُ نُوْرِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌ
“Allah (Pemberi) cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar…” (An-Nur: 35), yakni perumpamaan cahaya-Nya pada qalbu seorang hamba yang beriman yang berpegang dengan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Apabila qalbu itu bercahaya, datanglah utusan-utusan kebaikan kepadanya dari segala arah. Sebagaimana bila qalbu itu gelap akan datang kepadanya awan-awan bala` dan kejelekan dari setiap tempat. Segala macam bid‘ah, kesesatan, mengikuti hawa nafsu, menjauhi petunjuk, berpaling dari sebab-sebab kebahagiaan dan menyibukkan diri dengan sebab-sebab kesengsaraan, semua itu akan tersingkap oleh cahaya yang ada di dalam qalbu. Namun bila cahaya itu hilang, jadilah pemilik qalbu tersebut seperti seorang yang buta yang berkeliaran di malam yang gelap gulita.
Keenam: Menahan pandangan akan mewariskan firasat yang benar yang dengannya ia akan membedakan antara yang haq dengan yang batil, antara orang yang jujur dengan yang dusta.
Ibnu Syujja‘ Al-Kirmani v pernah berkata: “Siapa yang memakmurkan zhahirnya dengan mengikuti sunnah dan batinnya dengan terus menerus muraqabah2, dan menahan pandangannya dari perkara-perkara yang diharamkan, menahan jiwanya dari syubhat dan makan dari yang halal, maka firasatnya tidak akan salah.”
Allah k memberikan kepada hamba-Nya balasan yang sejenis dengan amalan yang dilakukannya, dan “Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah k, niscaya Allah k akan menggantikan dengan yang lebih baik dari sesuatu tersebut.”3 Bila si hamba menahan pandangannya dari perkara yang Allah k haramkan maka Allah k gantikan dengan memberikan cahaya pada pandangan hatinya. Allah k bukakan baginya pintu ilmu dan iman, ma’rifah, firasat yang benar dan tepat, semua ini hanya diperoleh dengan bashirah qalb (penglihatan qalbu).
Ketujuh: Menahan pandangan akan mewariskan kekokohan, keberanian, dan kekuatan pada qalbu.
Kedelapan: Menahan pandangan akan menutup celah bagi masuknya setan ke dalam qalbu. Karena setan itu masuk bersama pandangan mata, dan akan menembus bersama pandangan tersebut ke dalam qalbu lebih cepat dari masuknya udara ke tempat yang kosong. Lalu setan pun menyusupkan bayangan (lebih jauh) dari apa yang dilihat dan memperindahnya, sehingga gambaran itu menjadi berhala di mana qalbu berdiam di atasnya. Kemudian setan menjanjikannya, membuatnya berangan-angan, dan dinyalakanlah api syahwat di dalam qalbu. Lalu dilemparkanlah kayu bakar maksiat di atasnya. Jadilah qalbu tersebut berada di dalam api yang menyala-nyala, seperti seekor kambing di atas tungku api.
Kesembilan: Menahan pandangan akan mengosongkan qalbu dari memikirkan hal yang haram, sehingga qalbu hanya tersibukkan dengan perkara yang memberikan maslahat.
Kesepuluh: Antara mata dan qalbu itu ada penghubung dan jalan sehingga saling berhubungan satu sama lain. Bila salah satunya baik, maka baik pula yang lain. Dan sebaliknya, bila salah satu rusak maka rusak pula yang lain. Rusaknya qalbu akan merusakkan pandangan, dan rusaknya pandangan akan merusakkan qalbu. Demikian pula sebaliknya, pandangan yang baik akan menjadikan qalbu baik dan qalbu yang baik akan membaikkan pandangan. Jika qalbu telah rusak jadilah ia seperti tempat sampah yang merupakan tempat pembuangan najis, kotoran dan yang berbau busuk. Bila sudah demikian keadaannya, ia tidak bisa menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi pengenalan terhadap Allah k, cinta kepada-Nya dan kembali pada-Nya, senang dan gembira bila dekat dengan-Nya. Namun yang menempatinya ketika itu adalah perkara-perkara yang sebaliknya.
Wallahul musta’an.
(lihat kitab Ad-Da`u wad Dawa`, karya Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, hal. 277-279)
1 Qalbu bermakna jantung, namun sering di-bahasa Indonesia-kan dengan hati. Rasulullah n bersabda tentang jantung ini:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal daging, apabila baik daging itu maka baik pula seluruh tubuh dan bila rusak maka rusak pula seluruh tubuh, ketahuilah segumpal daging itu adalah qalbu.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya)
2 Merasakan pengawasan Allah k
3 Diambil dari hadits:
مَنْ تَرَكَ شَيْئًا ِللهِ عَوَّضَهُ اللهُ خَيْرًا مِنْهُ
, diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad (5/363) dan selainnya.
sumber : http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=317
Thursday, February 02, 2006
UAS Selesai, Liburan Lama Menjelang
Alhamdulillah, responsi dah selesai. Tapi, Suasana menjadi sepi. Apakah tugas-tugas juga sudah selesai? Kalo saya sih tidak.... Malah semakin bertambah...
Tugas ama hasil responsi belum dikoreksi semua lagi :(.
Mas liburan kemana? pulang? (saya mah gak libur.... Kalo pinginnya sih libur... tapi...)
Sebetulnya aku juga gak pingin pulang, tapi SIM saya dah mati, jadi ya harus pulang.
Bosen juga sih liburan dirumah lama2. Gak ada yang bisa di liatin :). Tenang aja.. nanti tak bawain oleh2 deh. O, ya.. jangan lupa lho nilai saya...
Gimana mas? lancar? nilai saya A kan?. (Bagaimana mau A, coba bayangin deh ... apa yang kamu lakuin waktu ujian PBO, aku tahu lho!!! hayooo....!!!!! Mau tak bilangin sama P....? Tapi tenang aja... Kalkulus mungkin dapet A kok)
Waduh, gimana baiknya ya? Pesertanya tidak sesuai target. Tombok nih panitia. Dah gak dapet subsidi, disuruh bayar listrik untuk lab lagi. HMJ gak pernah yang namanya kalo ngadain acara itu dapet subsisdi. Ya paling tidak... lab gak usah bayar lah, panitia dah bersyukur. Tapi ya gak papa lah. Tapi saya akan coba lobi supaya bisa diturunin. Ato ..... :) (Ya... gak papa :) )
Nilai-nilai dah pada keluar belum ya mas? (belum semua...) Katanya sudah? (Kata siapa? ) Ceritanya kita kan mau pulang mas... Pingin tahu nilainya jelek ato tidak.... (Tenang aja, nanti tak beri tahu kalo saudh keluar) Masa harus kesini lagi kalo nilainya jelek? Kalo jelek kan mau ikut SP....
Kata si ini mas sekarang sombong ya? Ya emang sombong kali? (waduh, masa saya sombong sih?... saya hanya kawatir....) Takut ngganggu ujian? kan sekarang dah selesai? Mas liburan acaranya apa?.... (libur lagi-libur lagi, saya kan gak libur)
Begitulah beberapa suasana disekitar kampus setelah selesai UAS dan menjelang liburan.
Ya Alloh tunjukilah kami jalan yang lurus, sehingga kami bisa tetap berada di jalanmu yang lurus, tetap berpegang pada kitab Mu dan sunnah rasul Mu, dan mengikuti para pendahulu-pendahulu yang shaleh.
Berikanlah kepada kami kekuatan untuk menghadapi segala ujian, cobaan yang Engkau berikan.
Allohumma ya muqallibal quluub tsabbit qolbii 'alaa thoo'atik
Allohumma ya mushorrifal quluub shorrif qolbii 'alaa diinik
3 Februari 2006
Friday, January 13, 2006
Responsi Praktikum ?? Lab I ???
Apa seperti mas Ayo? soalnya di Internet?
Mas, kok Lab I panas sich?
ACnya gimana, kok gak seperti Lab II?
Mas, nilainya jangan sulit-sulit ya...
Masa dari dulu saya dapetnya jelek terus seh ....?
Massssssss kok komputernya banyak yang eror?
Maaaaaasih banyak lagi pertanyaan, usulan, masukan, lan sapanunggalane....
UUns say:
Tenang aja ...
La Tahzan ...
Jangan bersedih ...
Yang sabar ya ...
...Soalnya akan kita tampilkan di internet (mungkin semuanya, mungkin sebagian :) ).
Cari aja soalnya... sesuai praktikum yang diikuti serta jurusannya.
Nanti jawabannya di kirim ke email uunboy@gmail.com dengan subject Responsi
Masa calon S.Kom, calon ahli komputer kok gak punya email, ato gak bisa buat email, ato gak bisa kirim email :(. Untuk itu emailnya harus sendiri-sendiri :).
Boleh belajar bersama, tapi pekerjaannya gak boleh sama. Kalo orang mengungkapkan isi hatinya kan beda-beda...
Boleh aja hasilnya sama, tapi ya asal tahu aja, nanti nilainya dibagi :). So jangan tanya "Mas, nilainya kok jelek terus sih...?"
Dah tahu artinya kan???
Ya intinya kita diciptakan berbeza-beza, jadi pekerjaannya juga beda-beda. Yang penting intinya sama.
La Tahzan
setara dengan nilai diri Anda. Sebab kini Anda menjadi bahan
perbincangan, dan seorang yang penting.
*) Jangan hidup dalam angan angan, tetapi hiduplah dengan realiti.
Dengan hidup dalam angan angan Anda menginginkan dari orang lain apa
yang tidak dapat Anda lakukan. Karena itu jadilah orang yang objektif
(dalam melihat kenyataan)
*) Ketahuilah bahwa orang yang menggibah Anda berarti memberi
kebaikan-kebaikannya kepada Anda, menghapuskan kesalahan-kesalahan Anda
dan menjadikan diri Anda orang yang terkenal. Tentu saja yang demikian
itu adalah nikmat.
*) Tuluskan tauhid Anda untuk Rabb agar hati terbuka. Sejernih mana
tauhid Anda dan sebersih mana keikhlasan Anda maka sejernih dan sebersih
itu pulalah kebahagiaan Anda.
*) Jadilah sosok pemberani yang berhati teguh dan berjiwa kuat. Anda
memiliki semangat dan tekad. Jangan sekali-sekali Anda termakan oleh
rumor dan cerita-cerita yang tidak benar.
*) Yakinlah bahwa dunia ini adalah tempat cobaan, ujian, dugaan, dan
kesedihan. Karena itu, terimalah ia apa adanya dan mintalah pertolongan
kepada Allah.
*) Pahala dari semua yang menimpa Anda ada pada Allah, baik itu kesedihan,
keresahan, kelaparan, kefakiran, rasa sakit, hutang, dan musibah-musibah
yang lain.
*) Ketahuilah bahwa kesulitan itu akan membuka pendengaran, dan
penglihatan, menghidupkan hati, mendewasakan jiwa, mengingatkan hamba
dan menambah pahala. Jangan menerka-nerka peristiwa, jangan menunggu
keburukan, jangan percaya terhadap semua kabar yang tidak jelas, dan
jangan menelan mentah-mentah cerita-cerita yang tidak benar.
*) Bacalah secara berulang-ulang La haula wala quwwata illa billahi,
karena bacaan ini akan membuat hati menjadi tenteram, memperbaiki
keadaan, membuat yang berat menjadi ringan dan membuat Yang Maha Kuasa
menjadi ridha.
*) Perbanyaklah membaca istighfar, sebab dengan istighfar akan ada rezki,
akan ada jalan keluar,akan ada keluarga, akan ada ilmu yang berguna,
akan ada kemudahan, dan akan ada penghapusan dosa.
*) Terimalah bentuk wajah, bakat , pemasukan, dan keluarga dengan
kelegaan hati niscaya anda akan mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan.
*) Ketahuilah bahwa setelah kesulitan itu akan ada kemudahan, dan
setelah kesulitan itu akan ada jalan keluar. Ketahuilah bahwa keadaan
seseorang itu tidak akan tetap selamanya, hari-hari itu akan senantiasa
bergilir.
*) Optimislah, jangan pernah putus asa dan jangan pula menyerah tanpa
usaha. Berbaiksangkalah kepada Rabb. Dan, tunggulah segala kebaikan dan
keindahan dari-Nya
*) Terimalah pilihan ALLAH untuk Anda dengan gembira. Sebab Anda tidak
tahu tentang kemaslahatan. Boleh jadi kesulitan itu baik dari pada
kemudahan.
*) Ujian itu akan mendekatkan jarak antara diri Anda dengan Rabb, akan
mengajarkan kepada diri Anda bagaimana berdo'a, dan akan menghilangkan
kesombongan, ujub, dan rasa bangga diri dari diri Anda.
*) Jauhilah buruk sangka, buanglah angan-angan, khayalan-khayalan yang
merusak, dan pikiran-pikiran yang sakit.
*) Bersyukurlah kepada Rabb atas nikmat agama, akal, kesehatan, penutup
aib, pendengaran, penglihatan, rezki, keluarga, serta nikmat-nikmat
lainnya.
*) Tidakkah Anda tahu bahwa diantara manusia itu ada yang hilang akalnya,
terampas kesehatannya, dipenjarakan, dilumpuhkan, atau ditimpakan bencana?
*) Hiduplah bersama Al-Qur'an, baik dengan cara menghafal, membaca,
mendengarkan, atau merenungkannya. Sebab ini merupakan obat paling
mujarab untuk mengusir kesedihan dan kedukaan.
*) Bertawakallah kepada Allah dan serahkan semua perkara kepada-Nya.
Terimalah semua ketentuan-Nya dengan sepenuh hati, berlindunglah
kepada-Nya, dan bergantunglah kepada-Nya karena sesungguhnya Dia cukup
sebagai pelindungmu.
*) Maafkanlah orang yang pernah melakukan kezaliman kepada Anda,
sambunglah tali silaturahmi orang yang memutuskan tali silaturahmi
dengan Anda, berilah orang yang tidak pernah memberi kepada Anda, dan
bersabarlah terhadap orang yang berbuat jahat kepada Anda niscaya Anda
akan memperoleh rasa bahagia dan aman dalam diri anda.
La Tahzan . DR. Aidh Al- Qarni. Hal. 486-487 (edited)
Aku Meminta...
penderitaanku.
Allah menjawab, Tidak. Itu bukan untuk Kusingkirkan,
tetapi agar kau mengalahkannya.
Aku meminta kepada Allah untuk menyempurnakan
kecacatanku.
Allah menjawab, Tidak. Jiwa adalah sempurna, badan
hanyalah sementara.
Aku meminta kepada Allah untuk menghadiahkanku
kesabaran.
Allah menjawab, Tidak. Kesabaran adalah hasil dari
kesulitan; itu tidak dihadiahkan, itu harus dipelajari.
Aku meminta kepada Allah untuk memberiku kebahagiaan.
Allah menjawab, Tidak. Aku memberimu berkat. Kebahagiaan
adalah tergantung padamu.
Aku meminta kepada Allah untuk menjauhkan penderitaan.
Allah menjawab, Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari
perhatian duniawi dan membawamu mendekat padaKu.
Aku meminta kepada Allah untuk menumbuhkan rohku.
Allah menjawab, Tidak. Kau harus menumbuhkannya sendiri,
tetapi Aku akan memangkas untuk membuatmu berbuah.
Aku meminta kepada Allah segala hal sehingga aku dapat
menikmati hidup.
Allah menjawab, Tidak. Aku akan memberimu hidup,
sehingga kau dapat menikmati segala hal.
Aku meminta kepada Allah membantuku mengasihi orang
lain, seperti Ia mengasihiku.
Allah menjawab.., akhirnya kau mengerti. HARI INI ADALAH
MILIKMU JANGAN SIA-SIAKAN. Bagi dunia kamu mungkin
hanyalah seseorang, ..
Ya Alloh...
itu memberiku alasan untuk mengejarnya.
Aku bersyukur tidak mengetahui segalanya,
karena itu memberiku kesempatan untuk belajar.
Aku bersyukur Engkau memberiku masa-masa sulit,
karena di masa-masa itulah aku dapat tumbuh dan berkembang.
Aku bersyukur untuk keterbatasanku dan ketidaksempurnaanku,
karena itu memberiku kesempatan untuk memperbaiki diri.
Aku bersyukur atas semua cobaan dan tantangan,
karena aku yakin itu akan membangun kekuatan dan karakterku.
Aku bersyukur atas rasa sedih, susah, duka dan nestapa, karena
merekalah aku bisa lebih tegar dan bijak.
Aku bersyukur atas segala kesalahan dan kegagalan,
karena mereka memberiku pelajaran yang berharga.
Aku bersyukur atas letih, lelah dan capekku,
karena mereka kawan terbaik usahaku.
Ya Tuhanku, Aku bersyukur Engkau tidak menjadikan segalanya mudah bagiku,
karena disanalah aku dapat menemukan makna hidupku dan lebih mendekatkan diri padaMu.
wa min 'indiLlahi khoir...
Allahummaj 'alna min 'ibadikasy syaakiriin....Aamiin...
Sumber: email dari kx_1180@yahoo.com (b@nds)
Ibunda, Kenapa Engkau Menangis
Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?"Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.
Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan."Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,"Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman danlembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, danmengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.
Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada
bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan enjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan
jantung agar tak terkoyak?Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk
memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang
diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkanperasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan".
Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup.
Sumber: http://www.kpppmasatu.go.id/index.php?name=News&file=article&sid=132
Bila Aku Jatuh Cinta
|
Allahu Rabbi aku minta izin Allahu Rabbi Allahu Rabbi Allahu Rabbi Allahu Rabbi Amin ! dudung.net |
Saturday, December 31, 2005
Tahun Baru
Ketika blog ini di update, waktu sudah menunjukkan pukul 20:11 WIB. Sekitar 4 Jam kurang 11 menit lagi, akan memasuki tahun yang baru (Menurut penanggalan Masehi). Suasana di luar, cukup ramai terdengar kendaraan yang berjalan kesana-kemari berbeda dengan hari-hari biasanya. Mungkin mereka sedang/akan mempersiapkan acara malam tahun baru, atau mungkin hanya sekedar lewat atau sudah merupakan kebiasaan. Atau mungkin juga mereka sedang memiliki acara yang kebetulan bertepatan dengan Tahun baru. Bisa saja milad(ulang tahun), walimah, atau pengajian, atau acara-acara lainnya. Walaupun cuaca diluar sedikit gerimis, dan sempat juga hujan cukup deras, tapi hal itu tidaklah menyurutkan semangat mereka untuk merayakan malam tahun baru.
Benarkah kita, sebagai seorang muslim, pada malam tanggal 1 Januari ini merayakan malam tahun baru?. Pada kali ini kita sampaikan suatu artikel yang bersumber dari situs myquran.com tentang tahun baru, Benarkah Kita Ber TAHUN BARU
Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Abdullah Ibnu Nawi Al Kabumaeni (uunboy@gmail.com)